Sabtu, 20 November 2010

TINJAUAN TEORITIS KEBIJAKSANAAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN DAN KEPERAWATAN



TINJAUAN TEORITIS
KEBIJAKSANAAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN DAN KEPERAWATAN

A.PENGERTIAN
Adalah suatu sistem pelayanan kesehatan yang penting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Kebijakan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan diantara perawat dokter atau tim kesehatan lain yang satu dengan yang lain saling menunjang.
B. TUJUAN
  • Pembangunan kesehatan meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
  • Pembangunan kesehatan diselenggarakan harus memperhatikan berbagai asas yang memberikan arah pembangunan kesehatan, yang dilaksanakan melalui upaya kesehatan.
  • Pemerintah bertugas menggerakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan pembiayaan kesehatan, dan memperhatikan fungsi sosial sehingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang kurang mampu tetap terjamin.
C. KEPERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT
Adalah perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif masyarakat, mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyuluh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mandiri dalam upaya kesehatannya masyarakat, terpadu, individu, keluarga.
D. TINGKAT PELAYANAN KESEHATAN
1. Health promotion ( promosi kesehatan )
Tingkat pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pertama dalam memberikan pelayanan melalui peningkatan kesehatan. Pelaksanaan ini bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan agar masyarakat atau sasarannya tidak terjadi gangguan kesehatan. Tingkat pelayanan ini dapat meliputi, kebersihan perseorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, pemeriksaan kesehatan berkala, penigkatan status gizi, kebiasaan hidup sehat, layanan prenatal, layanan lansia, dan semua kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan status kesehatan.

2. Specific protection ( perlindungan khusus )
Perlindungan khusus ini dilakukan dalam melindungi masyarakat dari bahaya yang akan menyebabkan penurunan status kesehatan, atau bentuk perlindungan terhadap penyakit-penyakit tertentu, ancaman kesehatan, yang termasuk dalam tingkat pelayanan kesehatan ini adalah pemberian imunisasi yang digunakan untuk perlindungan pada penyakit tertentu seperti imunisasi BCG, DPT, Hepatitis, campak dan lain-lain. Pelayanan perlindungan keselamatan kerja dimana pelayanan kesehatan yang diberikan pada seseorang yang bekerja di tempat risiko kecelakaan tinggi seperti kerja di bagian produksi bahan kimia, bentuk perlindungan khusus berupa pelayanan pemakaian alat pelindung diri dan lain sebagainya.
3. Early diagnosis and prompt treatment ( diagnosis dini dan pengobatan segera )
Tingkat pelayanan kesehatan ini sudah masuk ke dalam tingkat dimulainya atau timbulnya gejala dari suatu penyakit. Tingkat pelayanan ini dilaksanakan dalam mencegah meluasnya penyakit yang lebih lanjut serta dampak dari timbulnya penyakit sehingga tidak terjadi penyebaran. Bentuk tingkat pelayanan kesehatan ini dapat berupa kegiatan dalam rangka survei pencarian kasus baik secara individu maupun masyarakat, survei penyaringan kasus serta pencegahan terhadap meluasnya kasus.
4. Disability limitation ( pembatasan cacat )
Pembatasan kecacatan ini dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat tidak mengalami dampak kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkan. Tingkat ini dilaksanakan pada kasus atau penyakit yang memiliki potensi kecacatan. Bentuk kegiatan yang dapat dilakukan dapat berupa perawatan untuk menghentikan penyakit, mencegah komplikasi lebih lanjut, pemberian segala fasilitas untuk mengatasi kecacatan dan mencegah kematian.
5. Rehabilitation ( rehabilitasi )
Tingkat pelayanan ini dilaksanakan setelah pasien didiagnosis sembuh. Sering pada tahap ini dijumpai pada fase pemulihan terhadap kecacatan sebagaimana program latihan-latihan yang diberikan pada pasien, kemudian memberikan fasilitas agar pasien memiliki keyakinan kembali atau gairah hidup kembali ke masyarakat dan masyarakat mau menerima dengan senang hati karena kesadaran yang dimilikinya.
E. LEMBAGA PELAYANAN KESEHATAN
1. Rawat Jalan
Lembaga pelayanan kesehatan ini bertujuan memberikan pelayanan kesehatan pada tingkat pelaksanaan diagnosis dan pengobatan pada penyakit yang akut atau mendadak dan kronis yang dimungkinkan tidak terjadi rawat inap. Lembaga ini dapat dilaksanakan pada klinik–klinik kesehatan, seperti klinik dokter spesialis, klinik perawatan spesialis dan lain – lain.

2. Institusi
Institusi merupakan lembaga pelayanan kesehatan yang fasilitasnya cukup dalam memberikan berbagai tingkat pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, pusat rehabilitasi dan lain – lain.
3. Hospice
Lembaga ini bertujuan memberikan pelayanan kesehatan yang difokuskan pada klien yang sakit terminal agar lebih tenang dan dapat melewati masa – masa terminalnya dengan tenang. Lembaga ini biasanya digunakan dalam home care.
4. Community Based Agency
Merupakan bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada klien pada keluarganya sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti praktek perawat keluarga dan lain – lain.
F. LINGKUP SISTEM PELAYANAN KESEHATAN
1. Primary health care ( pelayanan kesehatan tingkat pertama )
Pelayanan kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat yang memiliki masalah kesehatan yang ringan atau masyarakat sehat tetapi ingin mendapatkan peningkatan kesehatan agar menjadi optimal dan sejahtera sehingga sifat pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan ini dapat dilaksanakan oleh puskesmas atau balai kesehatan masyarakat dan lain – lain.
2. Secondary health care ( pelayanan kesehatan tingkat kedua )
Bentuk pelayanan kesehatan ini diperlukan bagi masyarakat atau klien yang membutuhkan perawatan di rumah sakit atau rawat inap dan tidak dilaksanakan di pelayanan kesehatan utama. Pelayanan kesehatan ini dilaksanakan di rumah sakit yang tersedia tenaga spesialis atau sejenisnya.
3. Tertiary health services ( pelayanan kesehatan tingkat ketiga )
Pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pelayanan yang tertinggi di mana tingkat pelayanan ini apabila tidak lagi dibutuhkan pelayanan pada tingkat pertama dan kedua. Biasanya pelayanan ini membutuhkan tenaga – tenaga yang ahli atau subspesialis dan sebagai rujukan utuma seperti rumah sakit yang tipe A atau B.
G. PELAYANAN KEPERAWATAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN
Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan dasar dan pelayanan rujukan. Semuanya dapat dilaksanakan oleh tenaga keperawatan dalam meningkatkan derajat kesehatan. Sebagai bagian dari pelayanan kesehatan, maka pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh tenaga perawat dalam pelayanannya memiliki tugas, di antaranya memberikan asuhan keperawatan keluarga, komunitas dalam pelayanan kesehatan dasar dan akan memberikan asuhan keperawatan secara umum pada pelayanan rujukan.






















PEMBAHASAN

A.    PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan dan keperawatan dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1). Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan brekesinambungan.
2). Penyelenggaraan upaya kesehatan yang menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan yang dijabarkan dalam kegiatan pokok merupakan upaya untuk memecahkan permasalahan kesehatan yang dihadapi.
Penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan melalui kegiatan:
  1. Kesehatan keluarga.
  2. Perbaikan gizi.
  3. Pengamanan makanan dan minuman.
  4. Kesehatan lingkungan.
  5. Kesehatan kerja.
  6. Kesehatan jiwa.
  7. Pemberantasan penyakit.
  8. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
  9. Penyuluhan kesehatan masyarakat.
  10. Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan.
  11. Pengamanan zat adiktif.
  12. Kesehatan sekolah.
  13. Kesehatan olahraga.
  14. Pengobatan tradisional.
  15. Kesehatan mantra.
Dari 15 kegiatan pokok tersebut ada beberapa kegiatan pokok yang berkaitan erat dengan pelayanan keperawatan sebagai berikut:
  1. Kesehatan keluarga
  • Kesehatan keluarga diselenggarakan untuk mewujudkan keluarga sehat, kecil, bahagia, dan sejahtera.
  • Kesehatan suami istri diutamakan pada upaya pengaturan kelahiran dalam rangka menciptakan keluarga yang sehat dan harmonis.
  • Kesehatan istri meliputi kesehatan pada masa prakehamilan, kehamilan, persalinan, dan masa diluar kehamilan, dan persalinan.
  • Kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan prekembangan anak.
  • Setiap keluarga melakukan dan mengembangkan kesehatan keluarga dalam keluarganya.
  • Kesehatan manusia usia lanjut diarahkan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kemampuanya agar tepat produktif.
  • Pemerintah membantu penyelenggaraan upaya kesehatan manusia usia lanjut untuk meningkatkan kualitas secara optimal.
2. Kesehatan kerja
  • Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktifitas kerja yang optimal,sehatan kerja diselenggarakan agar tetap pekerja secara sehat tanpa membahayakan diri dan masyarakat disekelilingnya, agar diperoleh produktifitas kerja yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja.
  • Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja dan syarat kesehatan kerja.
  • Setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
3. Kesehatan jiwa
  • Kesehatan jiwa diselenggarakan untuk mewujudkan jiwa yang sehat secara optimal baik intelektual maupun emosional.
  • Kesehatan jiwa meliputi pemeliharaan dan peningkatan kesehatan jiwa, pencagahan dan penanggulangan masalah psikososial dan gangguan jiwa, penyembuhan dan pemulihan penderita gangguan jiwa.
  • Kesehatan jiwa dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga, sekolah, pekerjaan, masyarakat, yang didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lainya.
  • Pemerintah melakukan mengobatan dan perawatan, pemulihan , dan penyaluran bekas penderita gangguan jiwa yang telah selesai menjalani pengobatan atau perawatan ke dalam masyarakat.
4. Pemberantasan penyakit
  • Pemberantasan penyakit diselenggarakan untuk menurunkan angka kesakitan atau angka kematian.
  • Pemberantasan penyakit dilaksanakan terhadap penyakit menular dan penyakit tidak menular.
  • Pemberantasan penyakit menular atau penyakit yang dapat menimbulkan angaka kematian yang tinggi dilaksanakan sedini mungkin.
  • Pemberantasan tidak menular dilaksanakan untuk mencegah dan mengurangi penyakit dengan perbaikan dan perubahan prilaku masyarakat dengan cara lain.

5. Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
  • Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan diselenggarakan untuk mengembalikan status kesehatan akibat penyakit, mengembalikan fungsi badan akibat cacat atau menghilangkan cacat.
  • Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengobatan atau perawatan.
  • Pengobatan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggung jawabkan.
6. Penyuluhan kesehatan masyarakat
Penyuluhan kesehatan masyarakat diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, dan aktif berperan sertadalam upaya kasehatan.
7. Kesehatan sekolah
Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan berkembang secara harmonis dan optimal menjadi sumber daya manusia yang lebih berkualitas.
8. Kesehatan olah raga
  • Kesehatan olah raga diselenggarakan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan melalui kegiatan olah raga.
  • Kesehatan olah raga tersebut diselenggarakan melalui sarana olah raga atau srana lain.
9. Kesehatan mantra
  • Kesehatan mantra sebagai bentuk khusus upaya kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dalam limgkungan mantra yang serba berubah.
  • Kesehatan mantra meliputi kesehatan lapangan, kesehatan lingkungan dan bawah air, serta kesehatan kedirgantaraan.
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAYANAN KESEHATAN
1. Ilmu pengetahuan dan teknologi baru
Pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi baru, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan atau juga sebagai dampaknya pelayanan kesehatan jelas lebih mengikuti perkembangan dan teknologi seperti dalam pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah penyakit – penyakit yang sulit dapat digunakan penggunaan alat seperti laser, terapi perubahan gen dan lain – lain. Berdasarkan itu maka pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal dan pelayanan akan lebih professional dan butuh tenaga – tenaga yang ahli dalam bidang tertentu.
2. Pergeseran nilai masyarakat
Berlangsungnya sistem pelayanan kesehatan juga dapat dipengaruhi oleh nilai yang ada di masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan, dimana dengan beragamnya masyarakat, maka dapat menimbulkan pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan yang berbeda. Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan yang tinggi, maka akan memiliki kesadaran yang lebih dalam penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan, demikian juga sebaliknya pada masyarakat yang memiliki pengetahuan yang kurang akan memiliki kesadaran yang rendah terhadap pelayanan kesehatan, sehingga kondisi demikian akan sangat mempengaruhi sistem pelayanan kesehatan.
3. Aspek legal dan etik
Dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan atau pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula tuntutan hukum dan etik dalam pelayanan kesehatan, sehingga pelaku pemberi pelayanan kesehatan harus dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dengan memperhatikan nilai – nilai hukum dan etika yang ada di masyarakat.
4. Ekonomi
Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi di masyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih diperhatikan dan mudah dijangkau, demikian juga sebaliknya apabila tingkat ekonomi seseorang rendah, maka sangat sulit menjangkau pelayanan kesehatan mengingat biaya dalam jasa pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup mahal. Keadaan ekonomi ini yang akan dapat mempengaruhi dalam sistem pelayanan kesehatan.
5. Politik
Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada akan sangat berpengaruh sekali dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan. Kebijakan – kebijakan yang ada dapat memberikan pola dalam sistem pelayanan.





DASAR HUKUM

DASAR HUKUM SISTEM KESEHATAN NASIONAL,( DEPKES, TAHUN 2004 ) KEPMENKES NO 128/MENKES/SK/II/2004 TENTANG KEBIJAKAN DASAR PUSAT KEBIJAKAN KESEHATAN MASYARAKAT KESEHATAN MASYARAKAT KEPMENKES 836/2005 TENTANG PENGEMBANGAN KEPMENKES MANAJEMEN KINERJA PERAWATAN.

















DAFTAR PUSTAKA
1. A. Aziz Alimul Hidayat ( 2008 ) pengantar Konsep Dasar Keperawatan , EGC , Jakarta.
2. H.Zaidin Ali, SKM.MM.MBA (2000) Pokok-Pokok Kebijaksanaan Kesehatan Nasional (seri 1), Depok.

Herpes zoster adalah penyakit setempat yang terjadi terutama pada orang tua yang khas ditandai oleh adanya nyeri radikuler yang unilateral serta adanya erupsi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang diinervasi oleh serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensoris dari nervus cranialis.
Herpes zoster rupanya menggambarkan reaktivasi dari refleksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten mengikuti infeksi varisela yang telah ada sebelumnya. Hubungan varisela dan herpes zoster pertama kali ditemukan oleh Von Gokay pada tahun 1888. ia menemukan penderita anak–anak yang dapat terkena varisela setelah mengalami kontak dengan individu yang mengalami infeksi herpes zoster.
Implikasi neurologik dari distribusi lesi semental herpes zoster diperkenalkan oleh Richard Bright tahun 1931 dan adanya peradangan ganglion sensoris dan saraf spinal pertama kali diuraikan oleh Von Bareusprung pada tahun 1862. herpes zoster dapat mengenai kedua jenis kelamin dan semua ras dengan frekuensi yang sama.

Definisi Herpes zoster
Herpes zoster disebut juga shingles. Di kalangan awam populer atau lebih dikenal dengan sebutan “dampa” atau “cacar air”. Herpes zoster merupakan infeksi virus yang akut pada bagian dermatoma (terutama dada dan leher) dan saraf. Disebabkan oleh virus varicella zoster (virus yang juga menyebabkan penyakit varicella atau cacar/chickenpox.
Etiologi Penyebab Herpes zoster
Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella zoster . virus varicella zoster terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162 sub unit protein–virion yang lengkap dengan diameternya 150–200 nm, dan hanya virion yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan organic , deterjen, enzim proteolitik, panas dan suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 14–21 hari.
Patofisiologi Herpes zoster
Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes (penerima virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes, mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada kulit. Virua akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat laten. Infeksi hasil reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion sensori setelah infeksi chickenpox pada masa anak–anak. Sekitar 20% orang yang menderita cacar akan menderita shingles selama hidupnya dan biasanya hanya terjadi sekali. Ketika reaktivasi virus berjalan dari ganglion ke kulit area dermatom.
Faktor Resiko Herpes zoster
  1. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri. 
  2. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari immunocompromised.
  3. Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
  4. Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.
Factor pencetus kambuhnya Herpes zoster
  • Trauma / luka
  • Kelelahan
  • Demam
  • Alkohol
  • Gangguan pencernaan
  • Obat – obatan
  • Sinar ultraviolet
  • Haid
  • Stress
Tanda dan gejala Herpes zoster
a. Gejala prodomal
  1. Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung selama 1 – 4 hari.
  2. Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatige, malaise, nusea, rash, kemerahan, sensitive, sore skin ( penekanan kulit), neri, (rasa terbakar atau tertusuk), gatal dan kesemutan. 
  3. Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus menerus atau hilang timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit.
  4. Gejala yang mempengaruhi mata :  Berupa kemerahan, sensitive terhadap cahaya, pembengkakan kelopak mata. kekeringan mata, pandangan kabur, penurunan sensasi penglihatan dan lain – lain.
b. Timbul erupsi kulit
  1. Kadang terjadi limfadenopati regional
  2. Erupsi kulit hampir selalu unilateraldan biasanya terbatas pada daerah yang dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis.
  3. Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul–papul dan dalam waktu 12–24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah menjadi pastul yang akan mengering menjadi krusta dalam 7–10 hari. Krusta dapat bertahan sampai 2–3 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental juga menghilang
  4. Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke 4 dan kadang–kadang sampai hari ke 7
  5. Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan jaringan parut (pitted scar)
  6. Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih sensitive terhadap nyeri yang dialami.
Komplikasi Herpes zoster
  1. Neuralgia Pasca Herpes zoster (NPH) merupakan nyeri yang tajam dan spasmodic (singkat dan tidak terus – menerus) sepanjang nervus yang terlibat. Nyeri menetap di dermatom yang terkena setelah erupsi.
  2. Herpes zoster menghilang, batasan waktunya adalah nyeri yang masih timbul satu bulan setelah timbulnya erupsi kulit. Kebanyakan nyeri akan berkurang dan menghilang spontan setelah 1–6 bulan
  3. Gangren superfisialis, menunjukan Herpes zoster yang berat, mengakibatkan hambatan penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
  4. Komplikasi mata, antara lain : keratitis akut, skleritis,  uveitis,  glaucoma sekunder, ptosis, korioretinitis, neuritis optika dan paresis otot penggerak bola mata.
  5. Herpes zoster diseminata / generalisata
  6. Komplikasi sitemik, antara lain : endokarditis, menigosefalitis, paralysis saraf motorik, progressive multi focal leukoenche phatopathy dan angitis serebral granulomatosa disertai hemiplegi (2 terkahir ini merupakan komplikasi herpes zoster optalmik).
Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster
Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :
  • Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes zoster dan herpes simplex.
  • Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan diagnosis herpes virus
  • Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
  • Pemeriksaan histopatologik
  • Pemerikasaan mikroskop electron
  • Kultur virus
  • Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ
  • Deteksi antibody terhadap infeksi virus
Penatalaksanaan Herpes zoster
a.  Pengobatan
1. Pengobatan topical
  • Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk mencegah vesikel pecah
  • Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20 menit
  • Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik (basitrasin / polysporin ) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 x sehari
2. Pengobatan sistemik
Drug of choice- nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus dan replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan keparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral. Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap postherpetic neuralgia.
Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara – A, Vira – A) dapat diberikan lewat infus intravena atau salep mata.
Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan efektif namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan penyembuhan dan menekan respon immune.
Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihistamin diberikan untuk menyembuhkan priritus.
b. Penderita dengan keluhan mata
Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubungan dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi opthamologis. Dapat diobati dengan salaep mata steroid topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan
c. Neuralgia Pasca Herpes zoster
  • Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut, maka dapat diberikan anti depresan trisiklik ( misalnya : amitriptilin 10 – 75 mg/hari)
  • Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan bagian terpenting perawatan
  • Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang tidak teratasi.
Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat
• Riwayat menderita penyakit cacar
• Riwayat immunocompromised (HIV/AIDS, leukimia)
• Riwayat terapi radiasi
b. Diet
c. Keluhan utama
• Nyeri
• Sensasi gatal
• Lesi kulit
• Kemerahan
• Fatige
d. Riwayat psikososial
• Kondisi psikologis pasien
• Kecemasan
• Respon pasien terhadap penyakit
e. Pemeriksaan fisik
• Tanda vital
• Tes diagnostik
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama yang muncul adalah :

  1. Nyeri berhibungan dengan adanya lesi kulit
  2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus dan nyeri dari lesi herpes
  3. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan fungdi barier kulit

Pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga

  1. Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri, demam, drainase yang berbau busuk dan muncul pus
  2. Jelaskan tentang kemungkinan neuralgia paska herpes dan tekankan bahwa anda dapat menangani nyeri
  3. Beritahu pasien bahwa mereka dapat menulari orang lain, oleh karena itu perlu diperhatikan tindakan higienis rutin seperti pemakaian alat pribadi
  4. Tidak melakukan kontak social hingga lesi mengering
  5. Gunakan obat sesuai aturan, pakai pakian yang menyerap keringat, pertahankan suhu udara tetap dingin / nyaman
  6. Dapat digunakan sarung tangan katun pada malam hari saat muncul keinginan untuk menggaruk
  7. Lakukan tehnik relaksasi untuk menurunkan nyri dan batasi aktivitas yang berlebihan

kumpulan askep