Selasa, 16 Agustus 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PSORIASIS


1. Definisi
Psoriasis ialah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomena tetesan lilin, Auspitz, dan Kobner. Psoriasis juga disebut psoriasis vulgaris berarti psoriasis yang biasa, karena ada psoriasis lain, misalnya psoriasis pustulosa.
2. Anatomi fisiologis
Pembagian kulit secara garis besar :
a. Epidermis
Lapisan kulit terluar. Sel-sel epidermis terus menerus mengalami mitosis dan diganti dengan yang baru sekitar 30 hari. Epidermis mengandung reseptor-resepror sensorik untuk sentuhan, suhu, getaran dan nyeri. Lapisan epidermis terdiri dari: stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan stratum basale.
b. Dermis
Dermis terletak tepat di bawah epidermis. Jaringan ini dianggap jaringan ikat longgar dan terdiri dari sel-sel fibroblas yang mengeluarkan protein kolagen dan elastin. Lapisan dermis terdiri dari pars papelare dan pars retikulare.
c. Lapisan Subkutis
Lapisan subkutis di bawah dermis. Lapisan ini terdiri dari lemak dan jaringan ikat dan berfungsi sebagai peredam kejut dan insulamtor panas. Lapisan subkutis adalah tempat penyimpanan kalori
Faal kulit:
a. Fungsi proteksi
b. Fungsi absorpsi
c. Fungsi ekskresi
d. Fungsi persepsi
e. Fungsi pengaturan suhu tubuh
f. Fungsi pembentukan pigmen
g. Fungsi keratinisasi
h. Fungsi pembentukan vit. D
3. Etiologi
Etiologi belum diketahui, yang jelas ialah waktu pulih (turn over time) epidermis dipercepat menjadi 3-4 hari, sedangkan pada kulit normal lamanya 27 hari.Berbagai penyelidikan yang lebih mendalam untuk mengetahui penyebabnya yang pasti masih banyak dilakukan. Beberapa faktor penting yang disangka menjadi penyebab timbulnya Psoriasis adalah :
a. Genetik
b. Imunologik
c. Stres Psikik
d. Infeksi fokal. Umumnya infeksi disebabkan oleh Kuman Streptococcus
e. Faktor Endokrin. Puncak insidens pada waktu pubertas dan menopause, pada waktu kehamilan membaik tapi menjadi lebih buruk pada masa pascapartus.
f. Gangguan Metabolik, contohnya hipokalsemia dan dialisis.
g. Obat-obatan misalnya beta-adrenergic blocking agents, litium, antimalaria, dan penghentian mendadak korikosteroid sistemik.
h. Alkohol dan merokok.
4. Patofisiologi
Psoriasis merupakan penyakit kronik yang dapat terjadi pada setiap usia. Perjalanan alamiah penyakit ini sangat berfluktuasi. Pada psoriasis ditunjukan adanya penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran pembuluh-pembuluh darah dermis bagian atas. Jumlah sel-sel basal yang bermitosis jelas meningkat. Sel-sel yang membelah dengan cepat itu bergerak dengan cepat ke bagian permukaan epidermis yang menebal. Proliferasi dan migrasi sel-sel epidermis yang cepat ini menyebabkan epidermis menjadi tebal dan diliputi keratin yang tebal ( sisik yang berwarna seperti perak ). Peningkatan kecepatan mitosis sel-sel epidermis ini agaknya antara lain disebabkan oleh kadar nukleotida siklik yang abnormal , terutama adenosin monofosfat(AMP)siklik dan guanosin monofosfat (GMP) siklik. Prostaglandin dan poliamin juga abnormal pada penyakit ini. Peranan setiap kelainan tersebut dalam mempengaruhi plak psoriatik belum dapat dimengerti secara jelas.
5. Gejala Klinis
Penderita biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tempat predileksi, yakni pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral.
Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema berbatas tegas dan merata. Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih seperti mika, serta transparan.
Pada psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner. Fenomena tetesan lilin ialah skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan, seperti lilin digores. Pada fenomena Auspitz serum atau darah berbintik-bintik yang disebabkan karena papilomatosis. Trauma pada kulit , misalnya garukan , dapat menyebabkan kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis dan disebut kobner.
Psoriasis juga dapat menyebabkan kelainan kuku yang agak khas yang disebut pitting nail atau nail pit berupa lekukan-lekukan miliar.
Bentuk Klinis :
1. Psoriasis Vulgaris
2. Psoriasis Gutata
3. Psoriasis Inversa ( Psoriasis Fleksural)
4. Psoriasis Eksudativa
5. Psoriasis Seboroik (Seboriasis)
6. Psoriasis Pustulosa ( Pustulosa Palmoplantar & Pustulosa Generalisata Akut)
7. Eritroderma Psoriatik
6. Diagnosis
Jika gambaran klinisnya khas, tidaklah sukar membuat diagnosis. Kalau tidak khas, maka harus dibedakan dengan beberapa penyakit lain yang tergolong dermatitis eritroskuamosa. Pada diagnosis banding hendaknya perlu diingat , bahwa pada psoriasis terdapat tanda-tanda yang khas, yakni skuama kasar, transparan serta berlapis-lapis , fenomena tetesan lilin,dan fenomena auspitz serta kobner.
Diagnostik banding :
a. Dermatofitosis dengan keluhan gatal sekali dan ditemukan ada jamur.
b. Sifilis Psoriasiformis (sifilis stadium II)
c. Dermatitis seboroik.
7. Penatalaksanaan Medik
Sampai saat ini belum ditemukan pengobatan yang spesifik karena penyebabnya belum jelas dan banyak faktor yang berpengaruh. Psoriasis sebaiknya diobati secara topikal. Jika hasilnya tidak memuaskan, baru dipertimbangkan pengobatan sistemik karena efek samping pengobatan sistemik lebih banyak.
Pengobatan Sistemik
1. Kortikosteroid ( Prednison )
2. Obat sitostatik ( Metroteksat )
3. Levodopa
4. DDS(diaminodifenilsulfon)
5. Etretinat dan Asitretein
6. Siklosporin
Pengobatan Topikal
1. Preparat Ter ( fosil, kayu, batubara )
2. Kortikosteroid ( senyawa fluor )
3. Ditranol ( antralin )
4. Pengobatan dengan peyinaran
5. Calcipotrio
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian 11 Pola Gordon:
a. Pola Persepsi Kesehatan
- Adanya riwayat infeksi sebelumya.
- Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
- Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
- Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
- Hygiene personal yang kurang.
- Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.
b. Pola Nutrisi Metabolik
- Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari makan.
- Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
- Jenis makanan yang disukai.
- Napsu makan menurun.
- Muntah-muntah.
- Penurunan berat badan.
- Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
- Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau perih.
c. Pola Eliminasi
- Sering berkeringat.
- Tanyakan pola berkemih dan bowel.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
- Pemenuhan sehari-hari terganggu.
- Kelemahan umum, malaise.
- Toleransi terhadap aktivitas rendah.
- Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan.
- Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
e. Pola Tidur dan Istirahat
- Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
- Mimpi buruk.
f. Pola Persepsi Kognitif
- Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
- Pengetahuan akan penyakitnya.
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
- Perasaan tidak percaya diri atau minder.
- Perasaan terisolasi.
h. Pola Hubungan dengan Sesama
- Hidup sendiri atau berkeluarga
- Frekuensi interaksi berkurang
- Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
i. Pola Reproduksi Seksualitas
- Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
- Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
- Emosi tidak stabil
- Ansietas, takut akan penyakitnya
- Disorientasi, gelisah
k. Pola Sistem Kepercayaan
- Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
- Agama yang dianut
2. Diagnosa dan Rencana Keperawatan
DP1 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara dermal-epidermal sekunder akibat psoriasis
Tujuan : Kerusakan integritas kulit dapat teratasi dalam 3 x 24 jam.
Kriteria Hasil :
1. Area terbebas dari infeksi lanjut.
2. Kulit bersih, kering, dan lembab
Intervensi :
1. Kaji keadaan kulit
R/ : Mengetahui dan mengidetifikasi kerusakan kulit untuk melakukan intervensi yang tepat.
2. Kaji keadaan umum dan observasi TTV.
R/ : Mengetahui perubahan status kesehatan pasien.
3. Kaji perubahan warna kulit.
R/ : Megetahui keefektifan sirkulasi dan mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
4. Pertahankan agar daerah yang terinfeksi tetap bersih dan kering.
R/ : Membantu mempercepat proses penyembuhan.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan.
R/ : Untuk mempercepat penyembuhan.
DP2 Ketakutan berhubungan dengan perubahan penampilan
Tujuan : Ketakutan teratasi setelah 3 x 24 jam.
Kriteria Hasil :
1. Klien menyatakan peningkatan kenyamanan psikologis dan fisiologis.
2. Dapat menjelaskan pola koping yang efektif dan tidak efektif.
3. Mengidentifikasi respons kopingnya sendiri.
Intervensi :
1. Kaji ulang perubahan biologis dan fisiologis.
R/ : Reaksi fisik kronis terhadap stresor-stresor menunjukkan adanya penyakit kronis dan ketahanan rendah.
2. Gunakan sentuhan sebagai toleransi.
R/ : Kadang-kadang dengan memegang secara hangat akan menolongnya mempertahankan kontrol.
3. Dukung jenis koping yang disukai ketika mekanisme adaftif digunakan.
R/ : Marah merupakan respon yang adaptif yang menyertai rasa takut.
4. Anjurkan untuk mengekspresikan perasaannya.
R/ : Dapat mengurangi stres pada pasien.
5. Anjurkan untuk menggunakan mekanisme koping yang normal.
R/ : Ketepatan dalam menggunakan koping merupakan salah satu cara mengurangi ketakutan.
6. Anjurkan klien untuk mencari stresor dan menghadapi rasa takutnya.
R/ : Kesadaran akan faktor penyebabkan ketakutan akan memperkuat kontrol dan mencegah perasaan takut yang makin memuncak.
DP3 : Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan sekunder akibat penyakit psoriasis
Tujuan : Ansietas dapat diminimalkan sampai dengan diatasi setelah 3 x 24 jam
Kriteria Hasil :
1. Pasien tampak rileks
2. Pasien mendemonstrasikan/menunjukan kemampuan mengatasi masalah dan menggunakan sumber-sumber secara efektif
3. Tanda-tanda vital normal
4. Pasien melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
Intervensi :
1. Kaji tingkat ansietas dan diskusikan penyebab bila mungkin
R/ : Identifikasi masalah spesifik akan meningkatkan kemampuan individu untuk menghadapinya dengan lebih realistis
2. Kaji ulang keadaan umum pasien dan TTV
R/ : Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
3. Berikan waktu pasien untuk mengungkapkan masalahnya dan dorongan ekspresi yang bebas, misalnya rasa marah, takut, ragu
R/ : Agar pasien merasa diterima
4. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan
R/ : Ketidaktahuan dan kurangnya pemahaman dapat menyebabkan timbulnya ansietas
5. Diskusikan perilaku koping alternatif dan tehnik pemecahan masalah
R/ : Mengurangi kecemasan pasien
DP4 Gangguan konsep diri berhubungan dengan krisis kepercayaan diri
Tujuan : Gangguan konsep diri teratasi dalam 3 x 24 jam
Kriteria Hasil :
1. Dapat berinteraksi seperti biasa.
2. Rasa percaya diri timbul kembali.
Intervensi :
1. Kaji perubahan perilaku pasien seperti menutup diri, malu berhadapan dengan orang lain.
R/ : Mengetahui tingkat ketidakpercayaan diri pasien dalam menentukan intervensi selanjutnya.
2. Bersikap realistis dan positif selama pengobatan, pada penyuluhan pasien.
R/ : Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara perawat-pasien.
3. Beri harapan dalam parameter situasi individu.
R/ : Meningkatkan perilaku positif
4. Berikan penguatan positif terhadap kemajuan.
R/ : Kata-kata penguatan dapat mendukung terjadinya perilaku koping positif.
5. Dorong interaksi keluarga.
R/ : Mempertahankan garis komunikasi dan memberikan dukungan terus-menerus pada pasien.
DP5 Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : Pengetahuan pasien bertambah
Kriteria Hasil :
1. Pasien menunjukkan pemahaman akan penyakitnya.
2. Pasien menunjukkan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Intervensi :
1. Kaji ulang pengobatan.
R/ : Pengulangan memungkinkan kesempatan untuk bertanya dan meyakinkan pemahaman yang akurat.
2. Ajar tanda dan gejala serta kemungkinan yang dapat menimbulkan inflamasi.
R/ : Agar pasien memahami dan mencegah faktor resiko inflamasi serta dapat mengantisipasi secara dini kelanjutan keadaan tersebut.
3. Diskusikan jadwal pengobatan.
R/ : Agar pasien dapat menentukan waktu yang tepat untuk terapi sehingga memahami fungsi terapi yang diikuti.
4. Diskusikan tentang peningkatan jadwal kunjungan ke Dokter.
R/ : Agar pasien lebih mengerti akan kondisinya
Daftar Pustaka
Ajunadi, Purnawan dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius: Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.
Djuanda, Adhi. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas Kedokteran UI: Jakarta.
Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta.
TINJAUAN TEORITIS

A.    PUSKESMAS

1.      Pengertian
§  Puskesmas adalah suatu kesatuan orang kesehatan fungsional yang berlangsung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam suatu wilayah kerja tertentu dalam usaha – usaha kesehatan pokok (Azwar Azrul 1980)
§  Puskesmas adalah suatu kesatuan orang kesehatan yang berlangsung memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terintergrasi pada masyarakat dalam bentuk yang menyeluruh dan terpadu di wilayah kerja (Depkes RI 1987)
§  Puskesmas adalah suatu orang kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang mana membina paran serta masyarakat di samping memeberikan pelayanan secara meneyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentik kegiatan pokok

2.      Funsi Puskesmas
a.       Pusat pangembangan msyarakat.
b.      Membina peran serta masrakat dalam rangka meningkatkan kemampuan hidup sehat.
c.       Memeberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu.

3.      Kegiatan Pokok Puskesmas
a.       Upaya kesehatan ibu dan anak, pemeliharaan kesehatan, bumil, melehirkan dan menyusui, bayi, anak balita, pra sekolah nasehat tentang gizi dan tumbuh kembang anak, imunisasi, pelayanan KB, dll
b.      Upaya KB (Keluaraga Berencana) Khusus KB kepda Ibu / calon ibu, cara menggunakan pil, kondom dan cairan lain.
c.       Upaya meningkatkan gizi, melaksanakan program perbaikan gizi dan keluaraga, memberikan makanan tambahan (protein dan kalaori) kepda anak dibawah 5 tahun dan ibu menyususi diberikan vittamin A
d.      Upaya kesehatan lingkungan, penyuluhan air bersih, pembuanagan kotoran, lingkungan perumahan, air buangan limbah, makan dan minum, pengawasan sanitasi tempat umum.
e.       Upaya pencegaha dan pemberantasan penyakit menular, mengumpulkan data dan menganalisa data penyakit, melaporkan kasus, penyelidikan lapangan, tindakan awal untuk mencegah penularan, imunisasi, berantas vektor, dan pendidikan kesehatan.
f.       Upaya pengobatan termasuk penyakit darurat karena kecelakaan, melaksanakan diagnosa sedini mungkin, melaksanakan tindakan pengobatan, melakukan upaya (diagnostik, pengobatan, rehabilitasi).
g.      Upaya penyembuhan kesehatan tiap program PKM, dilakukan setiap kesempatan.
h.      Upaya kesehatan sekolah, membina sarana keteladanan, kebersihan perorangan, dokter kecil, penyaringan (Kelas I) pemeriksaan kesehatan periodik sekali setahun (Kelas II-IV dan Guru), imunisasi, pengawasan air, pengobatan ringan (P3K), rujukan medik, dan penanganan kasus.
i.        Upaya kesehatan olahraga pemeriksaan kesehatan berkala, penentuan takaran latihan dan pengobatan.
j.        Upaya pelayanan kesehatan masyarakat, asuhan keperawatan individu di PKM /  rumah, asuhan keperawatan keluarga (keluaraga binaan) pelayanan perawatan pada kelompok khusu ( bumil, baliata, usila dst) penyakit perawatan pada tingkat masyarakat.
k.      Upaya kesehatan kerja, pemeriksaan awal dan berkala bagi pekerja, penijauan tempat kerja, peningkatan kesehatan tenaga kerja (gizi lingkungan kerja), pencegahan kesehatan akibat kerja pemuliahan kesehatan, rujukan medik.
l.        Upaya kesehtan gigi dan mulut, pembinaan peran serta masyarakat dalam pemeliharaan dini, pelayanan asuhan keperawatan kelompok rawan (anak, bumil, menyususi dan anak para sekolah), pelayanan medik gigi dasar (pengobatan, bujukan, penyuluhan, pemeliharaan kebersihan), pencatatan, pelaporan, penanganan pasien jiwa.
m.    Upaya kesehatan jiwa, peran serta masyarakat, penyuluhan, pencatatan dan pelaporan.
n.      Upaya kesehatan mata, pemeriksaan visus dan rmata luar tes buta warana, pengobatan dan pemeliharaan kaca mata, operasi katarak, dll, pencatatan dan pelaporan.
o.      Upaya laboratorium sederhana di riang laboratorium (penerimaan sampai penyampaian hasil) spesimen yang akan di rujuk.
p.      Upaya pencatatan dan pelaporan dalam rangka sistem informasi kesehatan; dilakukan oleh semua PKM, ketenegaan sarana kegiatan pokok yang dilakukan secara periodik, (bulan, triwulan, 6 bulan, dan 1 tahun).
q.      Upaya kesehatan usia lanjut: pembinaan jompo.
r.        Upaya pembinaan pengobatan tradisonal: pengobatan terhadap cara pengobatan.
s.       Remaja
t.        Dana sehat

4.      Wilayah Kerja Puskesmas
§  Kota besar bisa satu kelurahan satu puskesmas kecamatan sebagai rujukan.
§  Untuk daerah pedesaan satu kecamatan satu puskesmas dan masing – masing desa satu PKM pembantu.
§  Sasaran satu PKM 30.000 / PKM
§  Luas wilayah untuk daerah pedesaan 5 Km dan 3 Km lebih optimal.

5.      Kedudukan Puskesmas
§  Kedudukan dalam bidang adminstrasi PKM dalah peranggkat pemerintah tingkat II terhadap dinbas tingkat II.
§  Kedudukan dalam hirarki pelayanan kesehatan sesuai sistem kesehatan nasioan, PKM berkedudukan pada tingkat fasilitas kesehatan I

6.      Satusn Penunjang
§  Puskesmas pembantu unit kesehatan yang sederhana berfungsi menunjang dan membantu jegiatan PKM dan lingkungan wilayah lebih besar.
§  Puskesmas keliling unit pelayanan keliling dilengkapi kendaraan roda 4 atau 2, perahu motor, dan peralatan kesehatan dan komunikasi serta tenaga dari PKM
§  Badan yang berfungsi di desa , 3000 / satu bidan. Tugasnya membina PKM pelayanan kesehatan utama adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosisl yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat, melalui partisipasi merka sepenuhnya, tentu dengan biyaya dapat di jangkau oleh masyarakat untuk memelihara setiap tingkat perkembangan meraka dalam semangat untuk hidup mandiri dan menentukan nasip sendiri (Narsul Efendi, Puskesmas 1997).
Fungsi dari PKU adalah memelihara kesehatan, pencegahan penyakit, diagnosa dan pengobatan, pelayanan tindak lanjut dan pemberian sertifikat. Adapun tanggung jawap perawat dalam PKU adalah:
1.      Mendorong partisipasi aktif dalam pengembangan dan implementasi pelayanan kesehatan dan program pendidikan kesehatan
2.      Kerja sama dengan msyarakat, keleurag dan individu.
3.      Menjaga konsep kesehatan dasar dan tehnik asuhan diri sendiri pada masyarakat.
4.      Memeberikan bimbingan dan dukungan petugas pelayanan kesehatan  kepada masyarakat.
5.      Koordinasi kegiatan kebijaksanaan tentang kesehaan masyarakat.

Saran PUK adalah individu, keluarga / kelompok dan masyarakat dengan fokus apaya kesehatan primer, sekunder dan tersier. Jadi keluaraga atau kelompok dan masyarakat ditingkatakan untuk meningkatakan derajat kesehatan yang optimal.
Strategi PUK adalah motivasi masyarakat agar dapat merawat dan mengatur diri sendri dalam memeliharaan kesehatan. Ada 8 unsusr utama PUK  yaitu peningkatan pengetahuan untuk mengatasi dan mencegah masalah kesehatan, peningkatan gizi masyarakat, kesehtan ibu dan anak termasuk KB, penyediyaan air yang mempunyai syarat kesehatan sanitasi yang baik, imunisasi, tindakan preventif, dan kontrol terhadap penyakit endemik lokal, tindakan yang tetap terhadap penyakit yang terjadi terhadap penggunaan obat tradisonal dalam masyarakat.




B.     KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS

Model keperawatan komunitas disusun mengacu pada model teori keperawatan dan teori terkait dengan kesehatan masyarakat, banayak pakar atau ahli mengidentifikasikan tentang keperawatan kominitas diantaranya menurut Dr. Azrul Aazwar, MPH (1982), Perawatan kesehatan masyarakat adalah bagian dari usaha kesehatan pokok yang menjadi beban tugas puskesmas, untuk menyembuhkan dan meningkatakan kesehatan penderita, keluarga dan msyarakat sekitar, untuk menyembuhkan dan meningkatkan kesehatan penderita, keluarga dan masyarakat sekitar melalui peningkatan kapasitas masisng – masing sehingga dapat mengatasi berbagai masalah kesehatan yang dihadapi.
Sedangkan Chang (1982), Perawatan kesehatan komunitas adalah menyeluruh, mampu berfungsi sebagai tim daam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat, mampuberkomunikasi dan motivasi masyarakat untuk mencegah masaalah kesehatan pada masyarakat tersebut.
Keperawatan kesehatan komunitas sebagai salahsatu bentuk pelayanan kesehatan utama ditujukan pada masyarakat pada prateknya memerlukan kesehatan utama ditunjukan pada masyarakat pada parateknya memerlukan acuan atau landasan teoritis untuk menyelesaikan penyimpanagan dalam kebutuhan dasar komunitas. Konseptual model keperawatan dikembangkan oleh para ahli salah satunya adalah konsep model dari Betty (1972), yang menekankan pada pendekatan sisitem untuk mengatasi masalah kesehatan.
Sasaran dari keperawatan komunitas adalah semua orang yang membentuk masyarakat (Anderson 1988), Lebih rincinya terdiri dari tiga tingkat yaitu individu, keluarga dan komunitas.
1.      Tingkat Individu.
Individu adalah bagian dari anggota keluarag. Apabila individu tersebut mempunyai mempanyai masalah kesehatan dan keperawatan (ketidak mampuan dalam merawat dirinya sendiri) karena suatu hal dan sebab, maka akan mempengaruhi anggota keluarganya lainya secara fisik, mental dan sosial. Dalam praktek komunitas perawat memberikan asuhan perawatn kepada individu yang mempunyai masalah tertentu (Miasalnya: TBC, Ibu hamil, dll) dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan individu.



2.      Tingkat Keluarga.
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang bermasalah kesehatan yang dirawat sebagai bagian dari keluaraga dan menggunakan pendekatan proses keperawatan keluarga berikut.
·         Mengenai masalah kesehatan.
·         Mengambil keputusan untuk mengatsi masalah tersebut.
·         Menciptakan lingkunagan yang sehat.
·         Memenfaatkan sumberdaya dalam keluarga untuk meningkatkan kesehatan keluarga
3.       Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorentasi pada individu, keluarga diliahat sebagai satu kesatuan. Pada tingkat komunitas asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang komunitas sebagai klien.


C.    ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Asuhan keperawatan komunitas adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditunjukan pada masyrakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi (keluarga dengan resiko tinggi, daerah tertinggal, miskin, dan pendidikan rendah) dalam uapaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan care (perawatan) dan rehabilitas. Pelayanan yang diberikan dapat di jangkau oleh masyarakat dan melibatkan masyarakat sebagai mitra dalam pemberian pelayanan keperawatan.
Keperawatan komunitas di tunjukan pada individu, keluarga dan masyarakat dan pelayanan yang diberikan sifatnya berkelanjutan dengan menggunakan proses keperawatan dengan sifat asuhan yang menyeluruh dan umum. Pendekatan yang di gunakan dalam keperawatan komunitas adalah keterlibatan kader kesehatan dan kelompok kerja komunitas. Strategi yang digunakan untuk pemesahan masalah adalah melalui pendekatan kesehatan, tegnologi tepat guna serta serta memanfaatkan kebijakan pemerintah.
Keperawatan komunitas adalah bertujuan memandirikan masyarakat menanggulangi masalah kesehatannya sendiri. Kegiatan dilakukan berkesinambungan atau yang
berkelanjutan dan menggunakan metode proses keperawatan komunitas yang dilakukan melalui 5 tahap sbb :
1.      Pengkajian
Pengkajian komunitas menurut Anderson dan Mc.Forlane (1985) yaitu terdiri dari inti komunitas yang meliputi demografi, populasi, nilai-nilai keyakinan, riwayat individu termasuk riwayat kesehatan, faktor-faktor lingkungan adalah lingkungan fisik, pendidikan, keamanan, dan transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan sosial komunitas, ekonomi dan rekreasi.
            Semua aspek ini dikaji melalui pengamatan langsung penggunaan data statistik, angket wawancara dengan masyarakat, tokoh masyarakat, selain itu melakukan wawancara dengan pihak puskesmas dan aparat pemerintah.

2.      Analisa Data dan Diagnose Keperawatan
                Data yang yang telah terkumpul selanjutnya dianalisa dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Klafikasi data
Proses klasifikasi dimaksudkan untuk mengelompokan data secara keseluruhan sehingga dapat memberi informasi yang bermanfaat tentang gambaran yang ada dimasyarakat.
Pengklasifikasian data mengacu pada :
·         Tujuan yang ingin dicapai
·         Merujuk pada program nasional
·         Isu yang akan dimunculkan
2.      Interprestasi data
Data yang diklasifikasikan akan menghasilkan informasi tentang gambaran nyata yang terjadi dikomunitas. Dengan mengkaitkan dengan beberapa data akan didapat suatu kesimpulan masalah yang ada dimasyarakat, baik actual maupun potensial

3.      Prioritas masalah
Setelah ditemukan masalah kesehatan maka langkah selanjutnya adalah menyusun prioritas masalah. yang terpenting dalam prioritas masalah kesehatan ini adalah rasionalitas/ justifikasi dari pembobotan dari setiap item masalah
Diagnose keperawatan komunitas merupakan gambaran kebutuhan atau respon komunitas terhadap masalah kesehatan yang dihadapinya. Dengan mengacu kepada upaya pelayanan kesehatan promitif dan preventif, maka dalam rumusan diagnose keperawatan komunitas harus merefleksikan pendekatan promotif dan prefentif. Menurut Mucke rumusnya berisi hal-hal sebagai berikut :
1.      Resiko terjadinya … ( kebutuhan respon komunitas terhadap masalah kesehatan )
2.      Pada masyarakat … (target sasaran)
3.      Berhubungan dengan … ( data primer dan sekunder)

4.      Pelaksanaan ( Implementasi )
Dalam pelaksanaan praktek keperawatan komunitas berfokus pada ruang lingkup kegiatan kesehatan meliputi usaha-usaha, promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif adalah agar setiap warga masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental. Sosial, serta diharapkan berumur panjang.
a.       Usaha promotif adalah usaha yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan meliputi peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan lingkungan sehingga seseorang dapat mencapai tingkat kesehatan yang optimal.
b.       Usaha preventif adalah usaha yang ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit melalui usaha-usaha seperti pemberian imunisasi pada bayi dan anak, ibu hamil, pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mendeteksi penyakit secara dini.
c.        Usaha kuratif adalah usaha yang ditujukan terhadap orang yang sakit untuk dapat diobati secara tepat dan adekuat sehingga dalam waktu singkat dapat dipulihkan kesehatannya.
d.       Usaha rehabilitatif adalah usaha yang ditujukan terhadap penderita yang baru pulih dari penyakit yang diseritanya. Usaha pemulihan ini ditunjukan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan fisik. Implementasi sering dikatakan sebagai fase aksi dari proses keperawatan.
Didalam asuhan keperawatan komunitas, implementasi bukan hanya merupakan tindakan keperawatan, tetapi merupakan tindakan kolaboraso klien atau profesi lain. Hal yang harus diingat dalam implementasi asuhan keperawatan komunitas adalah tujuan utama yaitu, menolong masyarakat untuk menolong dirinya sendiri, mencapai sehat yang optimal. Dalam melaksanakan implemantasi ini dibagi dalam 2 kegiatan, yaitu fase persiapan dan fase tindakan.
Ketika dalam fase persiapan, perawat harus yakin terhadap : what, who, why, when, where, dan how. Pada fase persiapan ini dapat digunakan perawat untuk mengklarifikasi rencana asuhan keperawatan dan berbagai fasilitas yang diperlukan. Hal yang penting untuk diingat bahwa implementasi asuhan keperawatan ini meminta fleksibilitas dan penyesuaian terhadap hal – hal yang tidak dapat diantisipasi sebelumnya.

Fase tindakan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan perawat untuk :
-          Mengaplikasikan  teori yang tepat kedalam tindakan yang dilaksanakanya.
-          Menolong memfasilitasi dalam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan
-          Mempersiapakan masyarakat untuk menerima pelayanan kesehatan.
-          Memonitor dan mendokumentasikan perkembangan dari implementasi


5.      Evaluasi
Evaluasi merupakan respon komunitas terhadap program kesehatan yang telah dilaksanakan melalui masukan ( input ), pelaksanaan ( process ), hasil ( output ).
Sedangkan fokus evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas adalah :
a.       Relevansi antara kenyataan yang ada dan pelaksanaan
b.       Perkembangan atau kemajuan proses : apakah sesuai dengan perencanaan, bagaimana dengan peran staf atau pelaksana tindakan fasilitas dan jumlah peserta.
c.       Efisiensi biaya : pencarian, sumber dana, dan penggunaanya
d.      Efektifitas kerja : apakah tujuan tercapai dan apakah klien atau masyarakat puas
e.       Dampak : apakah status kesehatan meningkat setelah dilakukan intervensi









APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
DILINGKUNGAN I KELURAHAN BAHU
KECAMATAN MALALAYANG DALAM RANGKA PELAYANAN KESEHATAN


Kegiatan praktek keperawatan komunitas, dilaksanakan oleh mahasiswa yang diawali dengan perkenalan dengan pihak Puskesmas, tokoh – tokoh masyarakat (Lurah, Kepala Lingkungan) dan kader – kader lingkungan I. Selain kegiatan komunitas kami juga memberikan asuhan keperawatan pada keluarga. Karena keluaraga adalah sasaran yang utama untuk dibina, terutama keluarga0keluarga yang memiliki masalah kesehatan, keluarga yang memiliki balita – balita yang bermasalah dan lingkungan keluarga yang tidak memadai.
            Oleh karena itu dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dilingkungan I kelurahan Bahu, maka kelompok berusaha menerapkan konsep – konsep keperawatan komunitas yang dibutuhkan oleh masyarakat dengan melihat situasi dan kondisi yang ada serta melibatkan tokoh masyarakat di tempat tersebut. Kegiatan – kegiatan yang dilakukan kelompok terdiri atas 2 tahap yaitu :
Tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Tahap persiapan meliputi : persiapan masyarakat, dan persiapan teknis. Sedangkan tahap pelaksanaan terdiri atas pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan rencan tindakan lanjutan serta pendokumentasian.

A.    PERSIAPAN
1.      Persiapan Kemasyarakatan
Pada tahap persiapan ke masyarakat mulanya kelompok mengadakan pertemuan dengan pihak Puskesmas dan kelurahan kemudian kepala lingkungan dan kader – kader dilingkungan I Kelurahan Bahu. Pertemuan dengan pihak Puskesmas dan kelurahan pada tangggal 25 Juli 2011 membahas tentang lingkungan yang akan dibina dan diputuskan lingkungan I. Kemudian esok harinya baru diadakan pertemuan dengan kepala Lingkungan dan kader – kader. Saat melakukan pertemuan kelompok melakukan pendekatan dengan cara membina hubungan saling percaya dan menjelaskan tujuan kelompok tentang praktek komunitas dan keluarga dilingkungan I dan diterima dengan baik oleh kepala lingkungan kemudian diputuskan bahwa tindakan berikutnya pada hari Senin, 25 Juli 2011 jam 09.00 pagi. Kemudian kelompok menyusun jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan pada hari senin. Pada hari senin kelompok bersama dengan kepala lingkungan mengadakan pengumpulan data dimasyarakat. Kelompok dibagi menjadi 5 kelompok kecil yang terdiri atas 4 orang. Pada tanggal 30 Juli 2011 tabulasi data.


2.      Persiapan Teknis
Dalam menetukan masalah kesehatan yang ada dilingkungan I kelurahan Bahu, maka dilakukan pengumpulan data. Untuk pengumpulan data mahasiswa membuat angket ( terlampir ). Setelah angket dan format pendataan digandakan, setiap kelompok kecil yang terdiri dari 4 orang melakukan pendataan memasuki rumah – rumah penduduk pada tanggal 26 Juli 2011.

B.     PELAKSANAAN
Tahap pelaksanaan terdiri atas : pengkajian, implementasi, evaluasi, tindak lanjut dan dokumentasi.
1.      Pengkajian
a.       Pengumpulan data
Untuk mendapat informasi tentang kondisi yang mempengaruhi kesehatan dilingkungan I kelurahan bahu, maka diperlukan data yang diperoleh dari pengkajian, yang terdiri dari kegiatan.
Ø  Survei sapuan angin ( melakukan obervasi diwilayah kelurahan bahu lingkungan I pada tanggal 25 juli 2011.
Ø  Survei kerumah dengan cara mendatangi keluarga-keluarga dari rumah ke rumah. Untuk melakukan survey rumah tangga ini diperlukan instrumen ( alat pengumpulan data yang berupa angket dan dalam pelaksanaannya dibantu oleh kepala lingkungan).
Ø  Survey yang kami lakukan diwilayah bahu lingkungan I, pada tanggal 25 juli 2011 sebanyak (95) KK dari 195 KK
Ø  Tabulasi data pada tanggal 30 juli 2011 oleh mahasiswa meliputi klasifikasi data, interpretasi data untuk menjadi dasar penetuan prioritas masalah yang ada di masyarakat.


b.      Hasil Pengumpulan Data dan Analisa Data
Setelah data dikumpulkan, maka data tersebut diolah dan disajikan dalam bentuk tabel meliputi data demografi dan masalah kesehatan. Pengolahan data mencakup analisa-analisa masalah yang di sajikan sebagai acuan dalam menetapkan masakah kesehatan yang ada di masyarakat. Berdasarkan hal tersebut, berikut ini disajikan data-data yang didapatkan dalam bentuk tabel.

PROPORSI PENDUDUK BERDASARKAN JUMLAH ANGGOTA KELUARAGA YANG SAKIT
Anggota Keluarga Yang sakit
Jumlah
%
Ada
37
40,6
Tidak ada
54
59,4
Total
91
100z

Nama Penyakit
Jumlah
%
Malaria
2
5,9
Asam Urat
5
14,3
Tekanan Darah Tinggi
8
22,9
DM
3
8,5
Maag
4
11,4
Katarak
4
11,4
ISPA
3
8,5
Asma
2
5,9
Jantung
1
2,8
Kolesterol
1
2,8
DBD
1
2,8
Tipes
1
2,8
Total
35
100



Analisa Data :
Dari tabel diatas terlihat bahwa (22,9%) penduduk yang sakit Bahu Lingkungan I menderita penyakit Tekanan Darah Tinggi (Hypertensi)
PROPORSI TEMPAT PEMBUANGAN LIMBA
SALURAN
JUMLAH
%
Selokan
59
90,8
Sungai
6
9,2
Total
65
100

Analisa Data:
Dari tabel diatas terlihat bahwa (90,8%) penduduk Bahu Lingkungan I  membuang limbah di selokan.
TEMPAT
JUMLAH
%
Tempat Pembuangan Sampah
89
94,6
Timbun
0
0
Sungai
2
2,2
Bakar
3
3,2
Total
94
100

Analisa Data :
Daru tabel diatas terlihat bahwa (94,6% ) penduduk Bahu Lingkungan I membuang sampah pada tempat pembuangan sampah.
PROPORSI  JUMLAH  BALITA  DAN  KELENGKAPAN  IMUNISASI
IMUNISASI
JUMLAH
%
Lengkap
21
55,2
Tidak  lengkap
17
44,8
Total
38

100

Analisa  Data :
Dari  tabel  diatas  terlihat  bahwa ( 55,2% ) balita  di  kelurahan  Bahu  Lingkungan  1  imunisasinya  lengkap.
Selanjutnya data – data tersebut dipresentasikan pada pihak Puskesmas dan Kepala Lingkungan I. Data – data tersebut dipresentasikan pada pihak Puskesmas dan Kepala Lingkungan bersamaan pada saat pengumpulan data pada tanggal 25 Juli 2011 sedangkan kepada pihak Puskesmas mahasiswa mempresentasikan data tersebut pada tanggal 3 Agustus 2011
Berdasarkan data – data tersebut, mahasiswa bersama pihak Puskesmas dan masyarakat menganalisa data sehingga akhirnya didapatkan masalah kesehatan dilingkungan I kelurahan Bahu. Analisa tersebut adalah sbb :
Setelah teridentifikasi beberapa masalah komunitas, selanjutnya ditentukan prioritas masalah sbb :
1.      Resiko terjadinya penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang kurang sehat ( diare, demam, DHF, asam urat, dll ) dimasyarakat lingkungan I kelurahan Bahu

Data
Masalah
Diagnosa Keperawatan
·         Belum pernah ada penyuluhan kepada kelompok tentang kesling
·         Membuang sampah sembarang tempat
·         Hasil Observasi masih ada got yang tergenang
·         Penyuluhan diposyandu belum berjalan dengan baik
·         Bayi atau balita yang belum lengkap imunisasi

Resiko terjadinya penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang kurang sehat ( Diare, Demam, DHF, Asam urat, dll ) dimasyarakat  Lingkungan I kelurahan Bahu

Resiko terjadinya penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang kurang sehat ( Diare, Demam, DHF, Asam urat, dll ) dimasyarakat lingkungan I kelurahan Bahu berhubungan dengan :
·         Kurangnya pengetahuan warga lingkungan I kelurahan Bahu
·         Masih terpaparnya lingkungan yang tidak sehat




2.      Perencanaan
Diagnosa Keperawatan
Resiko terjadinya penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang kurang sehat ( diare, demam, DHF, asam urat, dll ) dimasyarakat lingkungan I kelurahan bahu berhubungan dengan :
·         Kurangnya pengetahuan warga lingkungan I kelurahan Bahu
·         Masih terpaparnya lingkungan yang tidak sehat
Tujuan :            Setelah di lakukan tindakan keperawatan diharapkan warga masyarakat lingkungan kelurahan Bahu terhindar dari penyakit yg di sebabkan oleh lingkungan yg kurang sehat.
Tindakan keperawatan :
1.      Kunjungan keluarga binaan untuk memberikan penyuluhan tentang kesehatan lingkungan  rumah.
2.      Motivasi keluarga untuk menjaga kesehatan lingkungan rumah
3.      Memberikan leflet tentang kesehatan lingkungan dan akibat yang ditimbulkan.
4.      Lakukan penyuluhan tentang dampak dari lingkungan yang tidak sehat.
5.      Melakukan kerjabakti bersama masyarakat lingkungan

3.      Implementasi
Diagnosa keperawatan :
1.      Melakukan pembinaan pada keluarga binaan dengan kasus kesehatan lingkungan dengan melakukan penyuluhan kesehatan lingkungan dengan mengutamakan keluarga binaan yang di lakukan oleh masing-masing mahasiswa.
2.      Memotivassi keluarga binaan dan ibu-ibu yang hadir pada saat kegiatan posyandu untuk menjaga kesehatan likngkungan.
3.      Melakukuan penyuluhan di masyarakat tentang penyakit Diare akibat lingkunagn yang tidak sehat tanggal 3 Agustus 2011.
4.      Melakukan kerjabakti bersama masyarakat lingkungan 1 pada tanggal 5 Agustus 2011

5.      Evaluasi

Diagnosa Keperawatan
a.       Evaluasi Struktur
Dari pembinaan keluarga yang ada,hampir semua mempunyai masalah kesehatan lingkungan,kegiatan penyuluhan pada keluarga binaan menggunakan alat bantu sesuai dengan kebutuhan warga dan disesuaikan dengan tingakt pengetahuan warga.Pemberitahuan kegiatan penyuluhan mendapat respon yang positif dari masyarakat.
b.      Evaluasi Proses
Memberikan penyuluhan kepada keluarga binaan pada lingkungan rumah.yang dilakukan oleh mahasiswa penanggung jawab.kegiatan penyuluhan tentang keehatan lingkungan atas kerja sama mahasiswa puskesmas kepala ligkungan dan prtisipasi masyarakat.
c.       Evaluasi hasil
Dari pembinaan keluarga hamper semua mempunyai masalah kesehatan lingkungan.masyarakat yang mengikuti penyuluhan meningkat pengetahuannya tentang penyakit yang di sebabkan oleh lingkungan.











PEMBAHASAN

Berdasarkan konsep asuhan keperawatan komunitas, keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang ditujukan pada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya mencapai derajat kesehatan optimal, dikaji melalui observasi/pengamatan langsung pelayanan keperawatan. Jadi untuk meningkatkan peran aktif masyarakat guna mencapai derajat kesehatan optimal. Dalam hal ini mahasiswa melakukan pendekatan pada pihak puskesmas, tokoh-tokoh masyarakat, aparat lingkungan serta organisasi kemasyarakatan dan membina hubungan saling percaya yang merupakan suatu bentuk kegiatan dari, oleh dan untuk masyarakat. Dimana selanjutnya mahasiswa bersama-sama dalam kegiatan masyarakat untuk membantu mencapai derajat kesehatan yang optimal secara mandiri.
Tahap-tahap pada proses keperawatan komunitas meliputi : pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi dan dokumentasi. Akan dibahas dibawah ini dengan menggunakan analisa yaitu : Kekuatan (Strength), Kelemahan (Weakness), Kesempatan (Opportunity) dan Ancaman (Threat).

A.     Pengkajian
Pada tahap pengkajian, adat yang perlu dikaji pada kelompok atau komunitas menurut teori Anderson adalah data inti yang terdiri dari data demografi : umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama dan nilai-nilai keyakinan serta riwayat timbulnya komunitas dan mengkaji sub sistem yang mempengaruhi komunitas seperti : lingkungan fisik perumahan, pendidikan kesehatan, keamanan dan keselamatan, politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan, pelayanan kesehatan yang tersedia, sisitem komunikasi, ekonomi dan realisasi.
Pengkajian dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan penyebaran angket.
Kekuatan dari pelaksanaan pengkajian ini adalah adanya dukungan, keantusiasan, partisipasi aktif dan peran serta masyarakat dalam kegiatan pengumpulan data dengan memberikan jawaban serta pendapat dan pertanyaan yang diajukan.
Kelemahan dari pelaksanaan pengkajian adalah kurangnya data sekunder, mengakibatkan mahasiswa harus mencari semua data yang diperlukan dalam pengkajian sendiri. Meskipun pada awal masyarakat terlibat dalam proses pengkajian, namun masih banyak yang kurang mengerti sehingga mahasiswa yang lebih banyak melakukannya. Disamping itu, adanya kesulitan dalam pemahaman karena perbedaan tingkat pendidikan.
Kesempatan yang diperoleh pada pelaksanaan pengkajian adalah wilayah yang menjadi praktek belum digunakan sehingga masyarakat antusias dengan kehadiran mahasiswa. Hal ini merupakan kesempatan yang baik untuk melaksanakan kegiatan di wilayah tersebut.
Ancaman yang ditemui dalam pelaksanaan pengkajian adalah keraguan terhadap kevalidan (keakuratan) dan keabsahan dari pengumpulan data serta keraguan terhadap jawaban kuesioner yang diajukan kepada masyarakat karena adanya berbagai faktor penyebab, diantaranya pendidikan warga yang masih rendah dimana ada warga yang tidak bersekolah.

B.      Perencanaan
Faktor-faktor yang bersifat mendukung, menghambat ataupun mengancam sangat mempengaruhi dalam merumuskan perencanaan kegiatan. Faktor yang mendukung yang berasal dari masyarakat sendiri berupa sumber daya yang cukup memadai seperti : SDM (Sumber Daya Manusia) dan sarana yang ada.
Dukungan serta peran aktif masyarakat, khususnya kepala lingkungan dan kader dalam menyusun rencana kegiatan dalam menghadapi masalah kesehatan komunitas, sehingga tercapai derajat kesehatan komunitas yang optimal secara mandiri. Selain dukungan dari dalam juga terdapat dukungan dari luar yaitu puskesmas yang akan membantu mengatasi masalah kesehatan komunitas melalui sistim rujukan.
Kendala yang cukup berarti bagi kelompok adalah masalah disiplin waktu dan kehadiran kelompok sehingga setiap diadakan pertemuan tidak sesuai dengan perencanaan awal, selain itu pengaruh situasi dan perekonomian karena sebagian adalah pemegang kartu Gakin/Prasejahtera.
Kesempatan pada tahap pelaksanaan perencanaan adalah mahasiswa melaksanakan program-program kegiatan dalam menghadapi masalah kesehatan yang dijumpai di masyarakat tersebut, dilanjutkan pada tahap implementasi dan pelaksanaan dari perencanaan tersebut.

C.      Implementasi
Dibawah ini akan diuraikan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam upaya mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Masalah Kesehatan I : Resiko terjadinya penyakit yang disebabkan oleh lingkungan yang kurang sehat.
Kekuatan dalam melaksanakan tindakan keperawatan untuk masalah kesehatan ini adanya sikap masyarakat yang terbuka terhadap masukan-masukan dari orang lain khususnya petugas kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Kelemahan dalam melaksanakan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah ini adalah situasi dan kondisi lingkungan rumah yang tidak bisa dirubah.
Kesempatan yang perlu dimanfaatkan untuk melaksanakan tindakan keperawatan pada masalah kesehatan ini adalah keterlibatan dan dukungan dari warga masyarakat, puskesmas, perangkat desa, adanya program pemerintah untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut.
Ancaman yang akan dapat menghambat terlaksananya tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan ini adalah cuaca (hujan) yang dapat menimbulkan wabah DBD dan diare.
Masalah Kesehatan II : Cakupan penyakit Hipertensi, Asam Urat dan Penyakit Jantung pada usia lanjut.
Kekuatan dalam melaksanakan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan ini adalah adanya dukungan dari kepala lingkungan dan puskesmas serta tingginya motivasi sebagian besar masyarakat yang mempunyai riwayat hipertensi.
Kelemahan dalam melaksanakan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan ini adalah masih adanya warga usia lanjut yang kurang memperhatikan pola makan dan aktivitas berolahraga sehingga memicu terjadinya hipertensi, asam urat dan penyakit jantung. Hal ini juga disebabkan karena kurangnya pengetahuan warga tentang cara hidup sehat.
Kesempatan dalam melaksanakan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan ini adalah adanya program pemerintah seperti 1000 langkah menuju jantung sehat dan program lainnya demi meningkatkan kapasitas kesehatan masyarakat terutama pada usia lanjut.
Ancaman yang akan dapat menghambat terlaksananya tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan ini adalah kurangnya kesadaran masyarakat terutama usia lanjut yang kurang memperhatikan pola makan dan aktivitas berolahraga.

D.     Evaluasi
Tahap evaluasi menurut Anderson dan Mc. Farlan, 1985 didasarkan pada respon verbal dan non verbal komunitas terhadap program kesehatan setelah intervensi tindakan meliputi masukan, pelaksanaan dan hasil. Pada pelaksanaan atau aplikasinya berdasarkan teori tersebut maka evaluasi diperoleh mahasiswa dalam mengatasi masalah kesehatan yang telah dilaksanakan selama 2 minggu.




PENYULUHAN DI MASYARAKAT LINGKUNGAN I
Gambar 1.       
“Mahasiswa FAKEP UNPI ’09 & Dosen Pembimbing Bersama Masyarakat Kelurahan Bahu Lingkungan 1”
Gambar 2.
“Mahasiswa FAKEP UNPI Manado ‘09”
Gambar 3.
“Mahasiswa FAKEP UNPI Manado ’09 bersama Dosen Pembimbing”
Gambar 4.
“Masyarakat Kelurahan Bahu Lingkungan 1“
Gambar 5.
“ Mahasiswa FAKEP UNPI saat mengobservasi TTV (Tekanan Darah) pada masyarakat Kelurahan Lingkungan”
Gambar 6.
“KERJA BAKTI BERSAMA MASYARAKAT BAHU LINGKUNGAN I”
Gambar 7
“PEMBERSIHAN SALURAN AIR”
Gambar 8.
“ANTUSIAS MASYARAKAT BAHU LINGKUNGAN I YANG BERGOTONG ROYONG MEMBERSIHKAN SAMPAH”


ASUHAN KEPERAWTAN KOMUNITAS
DI PUSKESMAS BAHU LINGGKUNGAN I

Di Susun Oleh:
1.      FIFILIA LOMBENG                       11.   ALLAN MAWU
2.      ENDRI WERI                                   12.    APRILIA ANTAMENG
3.      GEIBY SAUMANA                         13.    CHRISTON SAHOMING
4.      MEIVI SUMENDA                          14.     FLORENSA MANUNGAN
5.      NOVITA SAGRANG                      15.     JEKLIN PORNITI
6.      STEFFI LEMBONG                                    16.     NOVITA RAWIS
7.      YOHANES MAKAHINGIDE        17.     RIO LAWERE
8.      APRICILIA AKAY                         18.     INRI LIOW
9.      YABIBA NIKODEMUS                  19.     ANGGI MOKODOMPIT
10.  ALLEN MANGELEP                     20.    ROSLIN SERENGETO

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVE RSITAS PEMBANGUNAN INDONESI
MANADO
2011

kumpulan askep