Jumat, 03 Februari 2012

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN HIPERTENSI





BAB I
PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang
Menurut sumber dari situs internet “penuaan adalah proses yang dinamis dan kompleks yang dihasilkan oleh perubahan-perubahan sel, fisiologis, dan psikologis” (Ahmad Fauzi dkk, 2002).

Pengertian lain mengatakan “menua (aging) adalah proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita” (Constantinides, 1994). “Menua merupakan proses yang dapat dilihat sebagai sebuah kejadian yang berkesinambungan dari lahir sampai meninggal”      (Ignativicus,         Workman, Mishler,            1999).

Dengan makin lanjutnya usia maka kemungkinan akan terjadinya penurunan anatomik (dan fungsional) atas organ-organnya amakin besar. Peneliti Andres dan Tobin ( seperti dikutip oleh Kane et all) meng-intrroduksi “hukum 1%” yang menyatakan fungsi organ-organ akan menurun setiap tahunnya satu persen setelah usia 30 tahun. ( Geriatrti, 2004)

Tanda-tanda  dari penuaan adalah dengan adanya perubahan anatomis, fisiologis, dan biomekanik di dalam sel tubuh sehingga mempengaruhi fungsi sel jaringan dan organ tubuh.

Proses menua ini tentunya berakibat terhadap penurunan dari fungsi sistem-sistem tubuh, diantara sistem tubuh yang terpengaruh atau terganggu adalah sistem transportasi (kardiovaskuler). Berbagai macam penyakit kardiovaskuler akan bermunculan seiring dengan penuaan sistem kardiovaskuler, salah satunya adalah “hipertensi”.

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001).

Menuruti Stanley (2007), Hipertensi merupakan faktor risiko utama untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler.

Untuk itu hipertensi harus diwaspadai secara dini, agar tidak muncul berbagai macam penyakit kardiovaskuler yang tentunya dapat berbahaya bagi manusia itu sendiri. Semakin dini diketahui dan diatasi semakin rendah risiko untuk terserang berbagai penyakit sistem kardiovaskuler.

1. 2.         Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada dewasa lanjut, perubahan yang dimaksud yaitu perubahan yang terjadi pada sistem persyarafan lansia dan juga dampaknya.
1.3.          Manfaat
1.3.1.        Bagi Penyusun
Meningkatkan kemampuan dalam pembuatan makalah dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia.

1.3.2.       Bagi Pembaca
Diharapkan dapat menjadi salah contoh pembuatan makalah pada mata ajar keperawatan gerontik.
1.3.3.  Bagi Prodi Keperawatan Tanjungkarang
Menjadi bahan bacaan untuk menambah wawasan bagi mahasiswa di Program Studi Keperawatan Tanjung karang tentang Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Hipertensi.




BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

2. 1.         Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001).

Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.

2. 2.        Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : ( Darmojo, 1999 )
  1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg
  2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Secara klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan sesuai dengan rekomendasi dari “The Sixth Report of The Join National Committee, Prevention, Detection and Treatment of High Blood Pressure “ (JNC – VI, 1997) sebagai berikut :


No
1.
2.
3.
4.
Kategori
Optimal
Normal
High
Normal
Grade 1 (ringan)
Grade 2
(sedang)
Grade 3 (berat)
Grade 4 (sangat berat)
Sistolik
(mmHg)
<120
120– 129
130– 139
140– 159
160 – 179
180 – 209
>210
Diastolik
(mmHg)
<80
80 – 84
85 – 89
90 – 99
100 – 109
100 – 119
>120

Kalsifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
  1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya
  2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain



2. 3.         Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
  1. Elastisitas dinding aorta menurun
  2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
  3. Kemampuan jantung memompa darah menurun
  4. 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
  5. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
  6. Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
  7. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
  1. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
    • Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
    • Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
    • Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
  1. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
    • Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
    • Kegemukan atau makan berlebihan
    • Stress
    • Merokok
    • Minum alkohol
    • Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

Penyebab hipertensi sekunder adalah :
§    Ginjal
§    Glomerulonefritis
§    Pielonefritis
§    Nekrosis tubular akut
§    Tumor
§    Vascular
§    Aterosklerosis
§    Hiperplasia
§    Trombosis
§    Aneurisma
§    Emboli kolestrol
§    Vaskulitis
§    Kelainan endokrin
§    DM
§    Hipertiroidisme
§    Hipotiroidisme
§    Saraf
§    Stroke
§    Ensepalitis
§    SGB
§    Obat – obatan
§    Kontrasepsi oral
§    Kortikosteroid


2. 4.        PatofisiologI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).


2. 5.        Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :


  1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

  1. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
  • Mengeluh sakit kepala, pusing
  • Lemas, kelelahan
  • Sesak nafas
  • Gelisah
  • Mual
  • Muntah
  • Epistaksis
  • Kesadaran menurun

2. 6.        Pemeriksaan Penunjang
  • Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
  • BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal


  • Glukosa
Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
·         Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
  • Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
  • Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
  • Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
  • Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
  • Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
  • Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
  • Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
  • IVP
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter
  • Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
  • CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati

  • EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi

2. 7.         Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
a.    Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

b.    Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
§  Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
§  Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
§  Penurunan berat badan
§  Penurunan asupan etanol
§  Menghentikan merokok

c.    Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu

d.    Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
§  Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

§  Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

e.    Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

f.      Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
1.    Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
2.    Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
§  Dosis obat pertama dinaikkan
§  Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
§  Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
3.    Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
§  Obat ke-2 diganti
§  Ditambah obat ke-3 jenis lain
4.    Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
·         Ditambah obat ke-3 dan ke-4




BAB III
PROSES KEPERAWATAN

3. 1.         Pengkajian
1. Data Umum :
a)    Kepala keluarga
b)    Komposisi keluarga
c)    Genogram
d)    Tipe keluarga
e)    Suku bangsa
f)     Status sosial-ekonomi
g)    Aktivitas rekreasi keluarga

2. Riwayat Perkembangan Keluarga :
a)    Tahap perkembangan keluarga saat ini
b)    Tugas perkembangan keluarga
c)    Tahap perkembangan yang belum terpenuhi
d)    Riwayat keluarga inti
e)    Riwayat keluarga sebelumnya

3. Data Lingkungan :
a)    Karakteristik rumah
b)    Karateristik tetangga dan komunitas
c)    Mobilitas geografis keluarga
d)    Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e)    Sistem pendukung keluarga

4. Struktur Keluarga :
a)    Struktur peran
b)    Nilai dan norma keluarga
c)    Pola komunikasi keluarga
d)    Struktur kekuatan keluarga

5. Fungsi Keluarga :
a)    Fungsi afektif
b)    Fungsi sosial
c)    Fungsi ekonomi
d)    Fungsi perawatan kesehatan keluarga :
i.      Kemampuan mengenal masalah
ii.    Kemampuan keluarga mengambil keputusan
iii.   Kemampuan keluarga merawat keluarga yang sakit
iv.   Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah
v.    Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan

6. Stress dan Koping Keluarga :
a)    Stress jangka pendek
b)    Stress jangka panjang
c)    Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
d)    Strategi koping yang digunakan
e)    Strategi adaptasi fungsional

7. Harapan Keluarga
a)    Terhadap masalah kesehatan
b)    Terhadap petugas ksehatan

8. Pemeriksaan Fisik
       A.        Head to Toe
Kepala, mata, telinga, hidung, mulut, leher, thorak, abdomen, genetalia, ekstremitas, integumen, status neurologi.
       B.        Kebutuhan Dasar Manusia
i.      Nutrisi
ii.    Eleminasi
iii.   Tidur dan istirahat
iv.   Gerak dan aktivitas
v.    Rasa aman dan nyaman
vi.   Personal hygiene

       C.        Data – Data yang Dapat Ditemukan
1.    Aktivitas / istirahat
§  Gejala :
Ø  Kelemahan
Ø  Letih
Ø  Napas pendek
Ø  Gaya hidup monoton
·         Tanda :
Ø  Frekuensi jantung meningkat
Ø  Perubahan irama jantung
Ø  Takipnea

2.    Sirkulasi
·         Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup, penyakit serebrovaskuler
·         Tanda :
Ø  Kenaikan TD
Ø  Nadi : denyutan jelas
Ø  Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
Ø  Bunyi jantung : murmur
Ø  Distensi vena jugularis



3.    Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin lambat

4.    Integritas Ego
·         Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
·         Tanda :
Ø  Letupan suasana hati
Ø  Gelisah
Ø  Penyempitan kontinue perhatian
Ø  Tangisan yang meledak
Ø  otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
Ø  Peningkatan pola bicara

5.    Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal )

6.    Makanan / Cairan
·         Gejala :
Ø  Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
Ø  Mual
Ø  Muntah
Ø  Riwayat penggunaan diuretik
·         Tanda :
Ø  BB normal atau obesitas
Ø  Edema
Ø  Kongesti vena
Ø  Peningkatan JVP
Ø  Glikosuria

7.    Neurosensori
·         Gejala :
Ø  Keluhan pusing / pening, sakit kepala
Ø  Episode kebas
Ø  Kelemahan pada satu sisi tubuh
Ø  Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
Ø  Episode epistaksis
·         Tanda :
Ø  Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )
Ø  Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
Ø  Perubahan retinal optik

8.    Nyeri/ketidaknyamanan
·         Gejala :
Ø  nyeri hilang timbul pada tungkai
Ø  sakit kepala oksipital berat
Ø  nyeri abdomen

9.    Pernapasan
·         Gejala :
Ø  Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
Ø  Takipnea
Ø  Ortopnea
Ø  Dispnea nocturnal proksimal
Ø  Batuk dengan atau tanpa sputum
Ø  Riwayat merokok
·         Tanda :
Ø  Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
Ø  Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
Ø  Sianosis

10. Keamanan
·         Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
·         Tanda : Episode parestesia unilateral transien
11. Pembelajaran / Penyuluhan
·         Gejala :
Ø  Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal
Ø  Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
Ø  Penggunaan obat / alkohol


3. 2.         Diagnosa Keperawatan Dan Rencana Keperawatan
1.         Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular

Tujuan :
Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.

Kriteria hasil :
Ø  Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
Ø  Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
Ø  Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

Intervensi :
1)        Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
2)        Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
3)        Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
4)        Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
5)        Catat edema umum
6)        Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah pengunjung.
7)        Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi
8)        Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
9)        Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.
10)     Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
11)     Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
12)     Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
13)     Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi

2.        Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

Tujuan :
Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

Kriteria hasil :
Ø  Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala
Ø  Pasien tampak nyaman
Ø  TTV dalam batas normal

Intervensi :
1)    Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
2)    Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
3)    Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
4)    Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
5)    Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi dan distraksi
6)    Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk
7)    Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas (lorazepam, ativan, diazepam, valium )

3.        Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan adanya tahanan pembuluh darah

Tujuan :
Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

Kriteria hasil :
Ø  Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Ø  Haluaran urin 30 ml/ menit
Ø  Tanda-tanda vital stabil

Intervensi :
1)        Pertahankan tirah baring
2)        Tinggikan kepala tempat tidur
3)        Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia
4)        Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
5)        Amati adanya hipotensi mendadak
6)        Ukur masukan dan pengeluaran
7)        Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program
8)        Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program

4.        Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan cardiac output

Tujuan :
Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

Kriteria hasil :
Ø  Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari – hari
Ø  Menunjukkan penurunan gejala – gejala intoleransi aktifitas

Intervensi :
1)        Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
2)        Instruksikan pasien tentang penghematan energi
3)        Kaji respon pasien terhadap aktifitas
4)        Monitor adanya diaforesis, pusing
5)        Observasi TTV tiap 4 jam
6)        Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu istirahat yang tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore


5.        Gangguan pola tidur berhubungan adanya nyeri kepala

Tujuan :
Tidak terjadi gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam

Kriteria hasil :
Ø  Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6 – 8 jam per hari
Ø  Tampak dapat istirahat dengan cukup
Ø  TTV dalam batas normal

Intervensi :
1)        Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman
2)        Beri kesempatan klien untuk istirahat / tidur
3)        Evaluasi tingkat stress
4)        Monitor keluhan nyeri kepala
5)        Lengkapi jadwal tidur secara teratur
6)        Berikan makanan kecil sore hari dan / susu hangat
7)        Lakukan masase punggung
8)        Putarkan musik yang lembut
9)        Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi

6.        Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik.


Tujuan :
Perawatan diri klien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam

Kriteria hasil :
Ø  Mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai kemampuan
Ø  Dapat mendemonstrasikan tehnik untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri

Intervensi :
1)        Kaji kemampuan klien untuk melakukan kebutuhan perawatan diri
2)        Beri pasien waktu untuk mengerjakan tugas
3)        Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
4)        Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan klien / atas keberhasilannya

7.        Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita klien

Tujuan:
Kecemasan hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam

Kriteria hasil :
Ø  Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi / cemas berkurang
Ø  Ekspresi wajah rilek
Ø  TTV dalam batas normal

Intervensi :
1)    Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan
2)    Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah
3)    Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya
4)    Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan
5)    Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup
6)    Kaji tingkat kecemasan klien baik secara verbal maupun non verbal
7)    Observasi TTV tiap 4 jam
8)    Dengarkan dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya
9)    Berikan support mental pada klien
10) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan pada klien

8.        Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit

Tujuan :
Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi setelah dilakukan tindakan ekperawatan selama 1 x 24 jam

Kriteria hasil:
Ø  Pasien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi
Ø  Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai program
Intervensi :
1)    Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
2)    Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
3)    Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik
4)    Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
5)    Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.
6)    Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
7)    Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
8)    Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai program
9)    Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol
10) Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan
11) Berikan support mental, konseling dan penyuluhan pada keluarga klien

kumpulan askep