Sabtu, 21 Januari 2012


ASKEP PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSE FRAKTUR CRURIS
I. PENGERTIAN
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000)
II. JENIS FRAKTUR
                a. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya          mengalami pergeseran.
                b. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
                c. Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
                d. Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai         ke patahan tulang.
                e. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya     membengkak.
                f. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
                g. Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
                h. Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
                i. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang   belakang)
                j. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada          daerah perlekatannnya.
III. ETIOLOGI
                a. Trauma
                b. Gerakan pintir mendadak
                c. Kontraksi otot ekstem
                d. Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma
V. MANIFESTASI KLINIS
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema
b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur
d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal

VII. PENATALAKSANAAN
a. Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula.
b. Imobilisasi fraktur
Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna
c. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
? Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan
? Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
? Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau
? Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah
VIII. KOMPLIKASI
a. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
c. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali
IX. PENGKAJIAN
1. Pengkajian primer
- Airway
                Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat              kelemahan reflek batuk
- Breathing
                Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang             sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
- Circulation
                TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi,              bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa             pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
2. Pengkajian sekunder
a.Aktivitas/istirahat
                - kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
                - Keterbatasan mobilitas
b. Sirkulasi
                - Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
                - Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
                -Tachikardi
                - Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
                - Cailary refil melambat
                - Pucat pada bagian yang terkena
                - Masa hematoma pada sisi cedera
c. Neurosensori
                - Kesemutan
                - Deformitas, krepitasi, pemendekan
                - kelemahan
d. Kenyamanan
                - nyeri tiba-tiba saat cidera
                - spasme/ kram otot
e. Keamanan
                - laserasi kulit
                - perdarahan
                - perubahan warna
                - pembengkakan lokal


X. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
a. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitasr fraktur, kerusakan rangka neuromuskuler
Tujuan : kerusakn mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperaawatan
Kriteria hasil:
? Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
? Mempertahankan posisi fungsinal
? Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit
? Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas
Intervensi:
a. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan
b. Tinggikan ekstrimutas yang sakit
c. Instruksikan klien/bantu dalam latian rentanng gerak pada ekstrimitas yang sakit dan tak sakit
d. Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah fraktur ketika bergerak
e. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
f. Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lngkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan’Awasi teanan daraaah, nadi dengan melakukan aktivitas
g. Ubah psisi secara periodik
h. Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi
b.Nyeri b.d spasme tot , pergeseran fragmen tulang
Tujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan
Kriteria hasil:
? Klien menyatajkan nyei berkurang
? Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat
? Tekanan darahnormal
? Tidak ada eningkatan nadi dan RR
Intervensi:
a. Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri
b. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
c. Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas hiburan
d. Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi
e. Jelaskanprosedu sebelum memulai
f. Akukan danawasi latihan rentang gerak pasif/aktif
g. Drong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan
h. Observasi tanda-tanda vital
i. Kolaborasi : pemberian analgetik
C. Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan
Tujuan: kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan
Kriteria hasil:
? Penyembuhan luka sesuai waktu
? Tidak ada laserasi, integritas kulit baik
Intervensi:
a. Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainae
b. Monitor suhu tubuh
c. Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol
d. Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh
e. Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan
f. Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol
g. Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi
h. Kolaborasi emberian antibiotik.




B.PENGKAJIAN
 1.Identitas pasien
                Nama                    :               Ny.K.P
                Umur                   :               35 thn
                Jenis Kelamin    :               Perempuan
                Status perkawinan:         Menikah
                Agama                  :               Kristen
                Suku                      :               Minahasa
                Pendidikan         :               SLTA
                 Pekerjaan           :               PNS
                Diagnosa medic:               Fraktur terbuka
                Alamat                 :               Amurang

2.Riwayat kesehatan
a.Keluhan utama:
Ny KP Mengatakan kaki kiri saya sangat sakit  akibat fraktur dan klien mengeluh susah untuk beraktifitas terutama ke kamar mandi.
 b.Riwayat penyakit saat ini:
fraktur pada kaki sebelah kiri
 c.Riwayat kesehatan masa lalu:
klien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya
d.Riwayat kesehatan keluarga
menurut keterangan dari keluarga klien dan dari klien, tidak ada dari anggota keluarganya yang pernah di rawat di rumah sakit dan tidak ada dari keluarganya yang menderita penyakit menular.
3.Pemeriksaan fisik
a.keadaan umum:
                -kesadaran: compos mentis
                 -keadaan umum: baik
                -tinggi badan: 165 cm -berat badan: 55 kg
b.Tanda-tanda vital:
                -TD: 110/80 mmHg -nadi: 80x/menit -pernafasan: 24x/menit -suhu          tubuh:   36 c c.data biologis
1)kepala               -mata: bentuk simetris,bulat dan kecil, konjungtiva                                                                        merah   muda, sclera putih, reaksi pupil simetris.
                                 -telinga: bentuk normal dan simetris tidak dijumpai                                                                       peradangan dan perdarahan sera fungsi pendengaran baik
                                 -hidung: bentuk simetris, tidak dijumpai peradangan,                                                                   polip/sumbatan tidak ada, fungsi penciuman baik.
                                -mulut: mukosa lembab, sariawan tidak ada, reflex menelan                                                        dan menguyah baik dan tidak ada pembesaran tonsil.
                                -leher: bentuk simetris, tidak terdapat kelainan dan                                                                         pembengkakan serta semua dalam keadaan normal.
2)Thorax             -dada: bentuk simetris, mamae simetris
                                -paru-paru: -pernafasan 24x permenit -bunyi nafas normal                                                         dan irama pernafasan normal -jantung: bunyi jantung teratur
3) Abdomen       Bentuk datar, tidak adanya benjolan dan tidak adanya nyeri                                                        tekan.
4) Genetalia       Tidak dilakukan pengkajian
5) Ekstermitas atas
                                Bentuk simetris, sensasi halus ada, sensasi tajam ada gerakan                                                     room dapat, reflex bisep ada, dan tidak ada pembengkakan.
6) Ekstermitas bawah  
                                Bentuk simetris, sensasi halus ada, pergerakan terbatas                                                                                 karena adanya fraktur pada kaki sebelah kiri
7) Kulit                Kulit normal, turgor baik, adanya edema lesi. Data Fokus




Pengelompokan data
*Ds:       - pasien mengatakan “kaki saya sangat sakit”
                - pasien mengatakan “saya takut kaki saya lama sembuhnya”
                - pasien mengatakan “saya susah untuk berjalan terutama untuk ke        kamar   mandi”
 *Do: - adanya luka pada kaki sebelah kiri
                 - wajah meringis
                - adanya bengkak pada kaki yang luka
                - kulit kemerahan di sekitar luka
                - keterbatasan rentang gerak
                - pemeriksaan tanda-tanda vital:
                                *TD: 110/80 mmHg
                                *nadi: 80x/menit
                                *pernafasan: 24x/menit
                                *suhu tubuh:     36 c



Analisa Data
Ds:         pasien mengatakan “kaki saya sangat sakit apalagi pada saat      malam hari”
                  Do:       -adanya luka pada kaki sebelah kiri
                                -wajah meringis
                                 -perilaku berhati-hati
                                -skala nyeri = 6
                                 -menunjukkan tempat yang sakit
                                -TTV: TD:110 T: 36 c P:80x/menit RR: 24x/menit
2              Ds:        pasien mengatakan “saya takut kaki saya lama sembuhnya”
Do:         -adanya luka pada kaki sebelah kiri
-panjang luka lebih kurang 6 cm -lebar luka lebih kurang 2 cm -dalam luka 1 cm -adanya luka bengkak pada kaki yang luka -kulit kemerahan di sekitar luka kerusakan kulit infeksi
3               Ds:       pasien mengatakan “saya susah untuk berjalan terutama              untuk ke kamar                mandi”
Do:         -keterbatasan rentang gerak -menolak untuk banyak                                                                     bergerak
                                -perilaku hati-hati Imobilitas tungkai Kerusakan mobilitas                                                         fisik

DAIGNOSA KEPERAWATAN
a. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitasr fraktur, kerusakan rangka neuromuskuler
Tujuan : kerusakn mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperaawatan
Kriteria hasil:
                -Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
                - Mempertahankan posisi fungsinal
                - Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit
                - Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas
Intervensi:
                a. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan
                b. Tinggikan ekstrimutas yang sakit
                c. Instruksikan klien/bantu dalam latian rentanng gerak pada ekstrimitas yang                 sakit dan tak sakit
                d. Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah fraktur ketika   bergerak
                e. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
                f. Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lngkup keterbatasan           dan beri bantuan sesuai kebutuhan’Awasi teanan daraaah, nadi dengan                 melakukan aktivitas
                g. Ubah psisi secara periodik
                h. Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi

b.Nyeri b.d spasme tot , pergeseran fragmen tulang
Tujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan
Kriteria hasil:
                - Klien menyatajkan nyei berkurang
                - Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat
                - Tekanan darahnormal
                - Tidak ada eningkatan nadi dan RR
Intervensi:
                a. Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri
                b. Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
                c. Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan        aktivitas hiburan
                d. Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi
                e. Jelaskanprosedu sebelum memulai
                f. Akukan danawasi latihan rentang gerak pasif/aktif
                g. Drong menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi, latihan nafas           dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan
                h. Observasi tanda-tanda vital
                i. Kolaborasi : pemberian analgetik
C. Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan
Tujuan:
kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan
Kriteria hasil:
                - Penyembuhan luka sesuai waktu
                - Tidak ada laserasi, integritas kulit baik
Intervensi:
                a. Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainae
                b. Monitor suhu tubuh
                c. Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol
                d. Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh
                e. Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan
                f. Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol
                g. Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi
                h. Kolaborasi emberian antibiotik.

DAFTAR PUSTAKA
1. Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGC
2. Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC
3. Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart. Edisi 8. Vol 3. Jakarta. EGC
4. Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC

kumpulan askep