Sabtu, 19 Februari 2011


AIDS
Pengertian
  • AIDS atauAcquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh vurus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat dialih katakana sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan
Immune : Sistem kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit
  • Kerusakan progrwsif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan meninggal.
  • AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh factor luar ( bukan dibawa sejak lahir )
  • AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan dengan infeksi Human Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare )
  • AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang jarang terjadi ( Center for Disease Control and Prevention )
  1. Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV. Yang nama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.
  1. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS.
  1. Klasifikasi
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS (kategori C) dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita AIDS.
  1. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam kategori klinis B dan C
  1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
  2. Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent Generalized Limpanodenophaty )
  3. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan sakit yang menyertai atau riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.


  1. Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
  1. Angiomatosis Baksilaris
  2. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap terapi
  3. Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
  4. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan.
  5. Leukoplakial yang berambut
  6. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu dermaton saraf.
  7. Idiopatik Trombositopenik Purpura
  8. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii
  1. Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :
  1. Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus
  2. Kanker serviks inpasif
  3. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata
  4. Kriptokokosis ekstrapulmoner
  5. Kriptosporidosis internal kronis
  6. Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
  7. Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
  8. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
  9. Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
  10. Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )
  11. Isoproasis intestinal yang kronis
  12. Sarkoma Kaposi
  13. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak
  14. Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata / ekstrapulmoner
  15. M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )
  16. Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner
  17. Pneumonia Pneumocystic Cranii
  18. Pneumonia Rekuren
  19. Leukoenselophaty multifokal progresiva
  20. Septikemia salmonella yang rekuren
  21. Toksoplamosis otak
  22. Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)
5. Gejala Dan Tanda
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal
    1. infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh.
    1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif.
    1. Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.
6. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan, keletihan dan cacat.
b. Neurologik
- kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia, dan isolasi social.
- Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial.
-. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
- Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
- Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
- Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
- Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
- Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
- Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.
7. Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus (HIV), bisa dilakukan dengan :
- Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak terinfeksi.
- Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak terlindungi.
- Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
- Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
- Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terpinya yaitu :
  1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
  1. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
  1. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
– Didanosine
– Ribavirin
– Diedoxycytidine
– Recombinant CD 4 dapat larut
  1. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
  1. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
  2. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur kronologis pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan pada orang yang sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang berhubungan dengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker adalah beberapa penyakit yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor penunjang saat mengkaji status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit serta terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes :
- Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )
Terapi radiasi,defisiensi nutrisi,penuaan,aplasia timik,limpoma,kortikosteroid,globulin anti limfosit,disfungsi timik congenital.
- Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)
Limfositik leukemia kronis,mieloma,hipogamaglobulemia congenital,protein – liosing enteropati (peradangan usus)
b. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)
- Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas ( Perubahan TD, frekuensi Jantun dan pernafasan ).
- Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis, perpanjangan pengisian kapiler.
- Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan, mengingkari doagnosa, putus asa,dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
- Eliminasi
Gejala : Diare intermitten, terus – menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah,warna,dan karakteristik urine.
- Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk, edema
- Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
- Neurosensoro
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status indera,kelemahan otot,tremor,perubahan penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
- Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,pincang.
- Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
- Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi imun, demam berulang,berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran kelenjar limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
-Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi,menurunnya libido,penggunaan pil pencegah kehamilan.
Tanda : Kehamilan,herpes genetalia
- Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,isolasi,kesepian,adanya trauma AIDS
Tanda : Perubahan interaksi
- Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Kegagalan dalam perawatan,prilaku seks beresiko tinggi,penyalahgunaan obat-obatan IV,merokok,alkoholik.
c. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes dan pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
1. Serologis
- Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan diagnosa
- Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
- Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
- Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
- T8 ( sel supresor sitopatik )
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan supresi imun.
- P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV ) )
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
- Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
- Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
- Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
2. Budaya
Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi, untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.
3. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
  1. Tes Lainnya
  1. Sinar X dada
Menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCP tahap lanjut atau adanya komplikasi lain
  1. Tes Fungsi Pulmonal
Deteksi awal pneumonia interstisial
  1. Skan Gallium
Ambilan difusi pulmonal terjadi pada PCP dan bentuk pneumonia lainnya.
  1. Biopsis
Diagnosa lain dari sarcoma Kaposi
  1. Brankoskopi / pencucian trakeobronkial
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru
b. Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system imun akan bereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 – 12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 – 12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic.
Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji – kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut, yaitu :
1. Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanya menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Orang yang dalam darahnya terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) disebut seropositif.
2. Western Blot Assay
Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan seropositifitas Human Immunodeficiency Virus (HIV)
3. Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.
4. Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi protein dari pada antibody.
c. Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk melacak perjalanan penyakit dan responnya. Protein tersebut disebut protein virus p24, pemerikasaan p24 antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV – 1. tapi kadar p24 pada penderita infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengantiter p24 punya kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari menjadi AIDS.
Pemeriksaan ini digunakan dengan tes lainnya untuk mengevaluasi efek anti virus. Pemeriksaan kultur Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau kultur plasma kuantitatif dan viremia plasma merupakan tes tambahan yang mengukur beban virus ( viral burden )
AIDS muncul setelah benteng pertahanan tubuh yaitu sistem kekebalan alamiah melawan bibit penyakit runtuh oleh virus HIV, dengan runtuhnya/hancurnya sel-sel limfosit T karena kekurangan sel T, maka penderita mudah sekali terserang infeksi dan kanker yang sederhana sekalipun, yang untuk orang normal tidak berarti. Jadi bukan AIDS nya sendiri yang menyebabkan kematian penderita, melainkan infeksi dan kanker yang dideritanya.
HIV biasanya ditularkan melalui hubungan seks dengan orang yang mengidap virus tersebut dan terdapat kontak langsung dengan darah atau produk darah dan cairan tubuh lainnya. Pada wanita virus mungkin masuk melalui luka atau lecet pada mulut rahim/vagina. Begitu pula virus memasuki aliran darah pria jika pada genitalnya ada luka/lecet. Hubungan seks melalui anus berisiko tinggi untuk terinfeksi, namun juga vaginal dan oral. HIV juga dapat ditularkan melalui kontak langsung darah dengan darah, seperti jarum suntik (pecandu obat narkotik suntikan), transfusi darah/produk darah dan ibu hamil ke bayinya saat melahirkan. Tidak ada bukti penularan melalui kontak sehari-hari seperti berjabat tangan, mencium, gels bekas dipakai penderita, handuk atau melalui closet umum, karena virus ini sangat rapuh.
Masa inkubasi/masa laten sangat tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing orang, rata-rata 5-10 tahun. Selama masa ini orang tidak memperlihatkan gejala-gejala, walaupun jumlah HIV semakin bertambah dan sel T4 semakin menururn. Semakin rendah jumlah sel T4, semakin rusak sistem kekebalan tubuh.
Pada waktu sistem kekebalan tubuh sudah dalam keadaan parah, seseorang yang mengidap HIV/AIDS akan mulai menampakkan gejala-gejala AIDS.


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP Ip)

Hari/ tgl : ...................

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien : ( Ds dan Do adalah data Here and now masalah utama klien )
DS : klien mengatakan mendengar suara-suara aneh (tanpa adanya stimulasi
eksternal).
DO : klien tampak senyum-senyum sendiri dan bicara sendiri, memandang kekanan/
kedepan seoah-olah ada teman bicara.
2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Dengar
3. Tujuan : klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
Tindakan Keperawatan ( SP Ip) :
1. Mengidentifikasi jenis halusiansi pasien
2. Mengidentifikasi isi halusiansi pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian
B. Strategi Komunikasi
1.Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi Mas. Perkenalkan nama saya ..., saya biasanya dipanggil Suster..
Saya yang akan merawat Mas selama 2 hari ini. Boleh saya berkenalan ? nama
mbak siapa dan suka dipanggil apa? Baiklah mulai sekarang saya akan pangil ..
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaan Mas... ( selanjutnya panggil nama klien ) hari ini? Kalau
boleh tau mengapa mas..... sering melamun, kadang tersenyu/ bicara sendirian ..?
c. Kontrak
Topik: Bagaimana kalau kita sekarang berbincang-bincang tentang suara-suara yang
sering mas.... dengar? mau ya mas ...?
Tempat : Mas ... mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau disini?
Waktu : Mau berapa lama ? Bagaimana kalau 10 menit?
2. Kerja
Apakah mas.. mengalami sesuatu, medengar/ melihat, merasakan sesuatu saat mas ..
sedirian ?
Saya percaya mas.. medengar suara-suara itu, tetapi saya tidak medengarnya.
Tapi jangan Khawatir mas ....tidak mengalami sendiriaan , ada teman lain yang
juga mengalami hal yang sama dengan mas ....., dan saya akan membantu mas untuk
menghilangkan suara-suara tersebut.
 Coba mas ... ceritakan suara-suara yang sering mas dengar
§
 Apa mas ... bisa mengenali suara tersebut?
§
 Kalau mas ... kenal suara itu, suara siapakah?
§
 Kapan saja suara itu datang? Berapa kali muncul dalam sehari?
§
 Apa yang mas ... lakukan jika suara itu muncul?
§
 Apakah mas ... mengikuti suara-suara yang didengar?
§
 Bagaimana perasaan mas ... saat suara itu muncul?
§
 Bila suara aneh yang didengar muncul, maukah mas ...... mencoba mengusir
§
suara aneh itu . Coba usir suara itu dengan mengatakan di dalam hati ” Saya
tidak mau dengar kata-kata kamu. Pergi, pergi, pergi ...”
 Baiklah mas... sekarang kita masukkan cara mengontrol halusinasi yang pertama
§
yaitu dengan cara mengusir/ merhardik kedalam buku harian mas.... mari saya
bantu.
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan mas ... setelah kita berbincang-bincang tadi?
b. Evaluasi obyektif
Jadi seperti yang mas ... katakan tadi, suara yang mas dengar adalah suara ...
Suara itu muncul pada saat ..., dan dalam sehari bisa muncul ... kali. Kemudian
yang mas rasakan dan lakukan setelah mendengar suara itu adalah ... Bila suara
aneh yang didengar muncul, maukah mas ...... mencoba mengusir suara aneh itu
dengan menatakan apa mas .... ? Bagus saya senang mau melakukannya.
c. Rencana tindak lanjut
Bagaimana kalau mas ... mendengar suara-suara itu lagi, tolong mas nanti panggil
perawat agar dibantu.atau mas bisa mengusir suara –suara tadi dengan cara yang
sudah tadi saya ajarkan.
d. Kontrak
Topik : Nanti siang kita akan bercakap-cakap lagi, apa Mas mau? Kita akan
membicarakan tentang cara lain untuk mengendalikan suara-suara itu yaitu
dengan cara kedua : bercakap-cakap dengan orang lain.
Tempat : Bagaimana kalau di tempat ini lagi? Kita ngobrolnya ?
Waktu : Mungkin kita akan butuh waktu 15 menit. Bersedia ya..?
” Sekarang mas mau kemana ? mari saya bantu kekamar, mas... mau istirahat
dulu ya ? 



STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN ( SP IIp)
Hari/tgl : ...............................................

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
DS : klien mengatakan masih mendengar suara-suara aneh (tanpa adanya stimulus
eksternal)
DO : klien tampak senyum-senyum sendiri dan bicara sendiri
2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Dengar
3. Tujuan : klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
Tindakan keperawatan (SP IIp) :
a. mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain
c. menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam teraupetik
Selamat siang mas... Apakah masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaannya hari ini? Apakah masih mendengar suara-suara yang kita
bicarakan tadi pagi ?Apakah mas sudah lakukan cara untuk mengendalikan
halusinasi seperti yang saya ajarkan kemarin? Apakah suara –suara itu hilang /
pergi ?
c. Kontrak
Topik : Seperti janji saya tadi pagi, sekarang kita akan berdiskusi tentang
bagaimana supaya suara yang mas dengar dapat dikendalikan dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain.
Tempat : Bagaimana kalau di sini saja? Atau mau di tempat lain ..?
Waktu : Bagaimana kalau 10 menit saja? Mau ya..?
2. Kerja
 Sekarang saya akan ajarkan mas ... cara kedua untuk dapat mengendalikan
§
suara-suara yang menggangu ms...... selam ini.
 Bila cara yang saya ajarkan kemarin belum bisa untuk mengendalikan halusinasi
§
yang mas alami, cobalah mas untuk bercakap-cakap dengan orang lain bisa perawat
atau teman mas lainnya.Yang penting disini adalah usahakan mas jangan
melamun/merenung seorang diri.
 Bagaimana mas ... sudah jelas?
§

3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
 Bagaimana perasaan mas ... setelah kita berbincang-bincang hari ini?
§
b. Evaluasi obyektif
 Cara lain untuk mengendalikan halusinasi dengar yaitu dengan apa mas ?
§
 Bagus
§ masih ingat semuanya.
c. Rencana tindak lanjut
 Mas ... kalau suara-suara itu muncul lagi , mas ... bisa mencoba salah satu
§
cara yang sudah mas .... sebutkan tadi..
d. Kontrak
Topik : besok kita akan bercakap-cakap tentang cara mengontrol suara-suara
dengan cara melakukan kegiata-kegiatan di ruangan.
Tempat : kita akan bercakap-cakap disini juga ya, setuju?
Waktu : 10 menit saja.
” Sekarang mas mau kemana ? jangan di kamar terus , nonton TV aja ya mas .. ! ”




STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN( SP III p)
Masalah : Halusinasi dengar
Hari/tgl : .................................

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi
DS : klien mengatakan masih mendengar suara-suara aneh (tanpa adanya stimulus
eksternal)
DO : klien tampak senyum-senyum sendiri dan bicara sendiri
2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Dengar
3. Tujuan : klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
Tindakan keperawatan (SP III p) :
a. mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan
(kegiatan yang biasa dilakukan di rumah)
c. menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam teraupetik
Selamat pagi mas... Apakah masih ingat dengan saya?
b. Evaluasi/validasi
 Bagaimana perasaannya hari ini?
§
 Apakah masih mendengar suara-suara?
§
 Apakah mas sudah lakukan cara untuk mengendalikan halusinasi seperti yang
§
saya ajarkan kemarin?
c. Kontrak
 Topik : Seperti janji saya kemarin, sekarang saya akan mengajarkan mas ...
§
mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan-kegiatan seperti yang mas
lakukan di rumah.
 Tempat : Bagaimana kalau di sini saja?
§
 Waktu : Bagaimana kalau 10 menit saja?
§
2. Kerja
 Cara ketiga untuk mengendalikan halusinasi adalah dengan melakukan
§
kegiatan-kegiatan seperti yang mas lakukan di rumah
 misal membersihkan rumah, membaca buku, olah raga, nonton TV dll.
§
 Baiklah sekarang mari kita buat jadwal kegiatan harian dari pagi sesudah bangun
§
tidur sampai malam hari sebelum tidur. Hal ini tujuannya untuk meminimalkan mas
mendengar suara-suara aneh itu . ( buat jadwal kegiatan bersama klien/ yang di
sepakati oleh klien )
 Bagus, sekarang mas... sudah memiliki jadwal kegiatan harian untuk hari ini ,
§
yang untuk besok dan hari selanjutnya nanti kita buat bersama – sama lagi ya mas
....?
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
 Bagaimana perasaan mas ... setelah kita berbincang-bincang hari ini?
§
b. Evaluasi obyektif
 Cara ketiga untuk mengendalikan halusinasi dengar yaitu apa mas ....?
§
 Bagus mas .... bisa menyebutkannya . dengan melakukan kegiatan – kegiatan
§
yang sesuai dengan jadwal kegiatan harian yang telah kita buat tadi, berarti
tidak ada waktu untuk melamun/merenung sendiri.
c. Rencana tindak lanjut
 Mas ... mau kan melaksanakan kegiatan – kegiatan sesuai dengan jadwal yang
§
telah kita buat ? dan jangan lupa di buat juga jadwal kegiatan hariannya
untuk hari besok dan hari- hari selanjutnya. Nanti saya akan bantu
d. Kontrak
Topik : besok kita akan bercakap-cakap tentang obat-obatan yang Mas ... minum
dimana gunanya untuk mengatasi suara yang didengar dan mengganggu.
Tempat : kita akan bercakap-cakap disini juga ya, setuju?
Waktu : 10 menit saja.
” Sekarang mas... mau kemana ? Bagaimana kalau mas ikut berkumpul dengan
temam- temanya yang lain di taman, kan bisa ngobrol-ngobrol, jangan
melamun lagi ya. ”



STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP IV p)

Hari/tgl : ................

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
DS : klien mengatakan mendengar suara-suara aneh (tanpa adanya stimulasi
eksternal)
DO : klien tampak senyum-senyum sendiri dan bicara sendiri
2. Diagnosa Keperawatan : Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Dengar
3. Tujuan : klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya
Tindakan keperawatan :
a. mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
c. menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi Mas ...
b. Evaluasi/validasi
 Mas ... kelihatan segar pagi ini. Bagaimana perasaan Mas?
§
 Bagaimana saat suara-suara terdengar dan apakah mas mencoba cara yang kita
§
bicarakan kemarin, apakah berhasil? (bila sudah, berikan pujian) Bagus ....
 Boleh saya lihat Jadwal Kegiatan hariannya ?
§
c. Kontrak
 Pagi ini saya akan menjelaskan pada mbak obat-obat yang mas... minum.
§
 Bagaimana kalau kita sekarang berbincang-bincang di tempat ini
§
 Sekitar 10 menit saja?
§
2. Kerja
o Ini mas, obat-obatan yang nanti diminum. Yang warna merah namanya CPZ, yang
putih kecil ini Haloperidol. Obat-obat ini gunanya untuk mengendalikan
suara-suara yang sering mas ... dengar. Obat ini diminum 3x sehari,
masing-masing 1 tablet tidak boleh lebih atau kurang.
o Dengan minum obat ini mas ... akan mengantuk, lemas, ingin tidur terus tapi itu
tidak apa-apa. Perawat akan selalu memantau mas dengan mengukur tensi darah mas
3x sehari.
o Bagaimana apa mas ... sudah jelas?
o Obat ini harus tetap diminum terus, mungkin berbulan-bulan atau bahkan bisa
selamanya. Tidak usah kuatir obat ini aman jika mas minum sesuai apa yang
dianjurkan.
o Jangan berhenti minum obat walaupun mas sudah merasa sehat. Kalau mas ...
menghentikan obat tanpa sepengetahuan dokter dan perawat, gejala-gejala seperti
yang mas alami seperti sekarang akan muncul lagi.
o Mas ... harus mengingat lima hal saat minum obat yaitu :
1. Benar obat,
2. Benar bahwa obat ini untuk mas
3. Benar cara meminumnya, langsung ditelan
4. Benar waktunya
5. Benar dosisnya
o Ingat ya mas ...

3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
Bagaimana mas ... apakah sudah jelas?
b. Evaluasi obyektif
Coba mas sebutkan jenis obat yang mas minum. Coba sebutkan lima hal saat minum
obat!
c. Tindak lanjut
Karena mas sudah paham tentang obat yang diminum, mas dapat langsung meminum
obatnya jika waktu pemberian obat sudah tiba.
d. Kontrak yang akan datang
Besok kita ketemu lagi ya mas ...Kita akan membahas tentang masalah dengan
keluarga Mas ...




kumpulan askep