APLIKASI TEORI ETIK
APLIKASI TEORI ETIK
Ketika teori etik diaplikasikan pada pengetahuan yang telah perawat miliki, maka perawat itu membentuk struktur yang penting untuk melatih memecahkan dilemma etik dengan menggunakan teori tersebut. Bergantung kepada teori atau system etik yang digunakan, keputusan yang sama atau berbeda untuk suatu tindakan dapat tercapai. Teori etik tidak dapat memberikan solusi untuk dilemma etik seperti buku resep masakan. Akan tetapi, teori etik dapat memberikan kerangka kerja untuk pengambilan keputusan yang dapt perawatn aplikasikan pada situasi etik tertentu.
Kadang-kadang, teori etik dapat terlihat terlalu abstrak atau terlalu umum untuk dapat digunakan pada situasi etik tertentu. Meskipun begitu, tanpa teori etik pengambilan keputusan etik sering melatih emosi seseorang. Dalam kenyataannya, kebanyakan perawat berusaha untuk membuat keputusan etik dengan mengkombinasikan 2 teori yang dijelaskan disini. Dengan menggunakan teori-teori ini dapat membantu untuk berfokus pada aspek penting dalam proses penyelesaian etik.
PROSES PENYELESAIAN ETIK
Perawat didefinisikan sebagai pemecah masalah (problem solvers). Fokus utama pendidikan keperawatan adalah untuk belajar bagaimana menyelesaikan masalah asuhan keperawatan pasien. Salah satu alat pemecah masalah yang penting adalah proses keperawatan itu sendiri, yang bersifat sistematik, menggunakan pendekatan bertahap untuk menyelesaikan masalah yang timbul saat berhadapan dengan kesehatan dan kesejahteraan pasien.
Di samping kemampuan untuk menghadapi masalah fisik pasien, banyak perawat merasa tidak mampu ketika menghadapi dilemma etik terkait asuhan pasien. Perasaan ini dapat terjadi akibat perawat tidak terbiasa dengan teknik penyelesaian masalah yang sistematik untuk dilemma etik. Akan tetapi, perawat dalam ruang lingkup pelayanan kesehatan dapat mengembangkan keterampilan penyelesaian masalah yang perlu untuk mengambil keputusan etik ketika mereka belajar dan berlatih menggunakan proses penyelesaian etik.
Proses penyelesaian etik dapat memberikab suatu metode bagi perawat untuk menjawab pertanyaan penting tentang dilemma etik dan untuk mengarahkan pikiran mereka untuk berpikir lebih logis dan bersikap benar. Tidak sama dengan metode penyelesaian masalah lainnya, metode penyelesaian masalah yang dijelaskan disini berdasarkan proses keperawatan. Sehingga akan lebih mudah bagi perawat untuk beranjak dari yang menggunakan proses keperawatan untuk menyelesaikan masalah fisik pasien ke proses penyelesaian etik yang digunakan untuk menyelesaikan masalah etik.
Tujuan utama proses penyelesaian etik adalah menentukan yang benar dari yang salah dalam suatu situasi dimana tidak ada atau tidak terlihat batasan yang jelas dalam mengambil keputusan. Proses penyelesaian etik juga mendasari bahwa perawat yang mengambil kepeutusan memahami system etik ada, mengetahui isi dari system etik, dan mengerti system yang diaplikasikan terhadap masalah penyelesaian etik yang sama dengan variable yang lebih dari satu (multipel). Pada hal tertentu, perawat memerlukan perawat untuk menjalankan tugas dengan mengklarifikasi nilai yang dimiliki, apakah tidak dapat dilakukan atau tidak dapat dilakukan pada saat ini. Perawat juga seharusnya mempunyai pemahaman terhadap system etik yang mungkin digunakan dalam menyelesaikan dilemma etik.
Lima tahap proses penyelesaian etik yang dijelaskan di bawah ini dapat digunakan sebagai sarana dalam menyelesaikan dilemma etik :
Langkah 1 Mengumpulkan, Menganalisa, dan Menginterpretasikan Data
Mendapatkan data sebanyak mungkin tentang dilemma etik yang akan diselesaikan. Sayangnya, informasi yang didapatkan terkadang sangat terbatas, sehingga menyulitkan analisis dan interpretasi. Di antara masalah tersebut yang penting untuk diketahui adalah harapan pasien, keluarga dan luasnya masalah fisik dan emosi yang menyebabkan dilemma.
Situasi etik yang biasa perawat hadapi sewaktu-waktu adalah ketika harus atau tidak melakukan resusitasi pada pasien di rumah sakit dengan penyakit terminal. Dokter sering memberikan instruksi bagi staf perawat untuk tidak melakukan resusitasi tetapi melakukan tindakan yang membuat keluarga merasa tenang. Dilemma perawat adalah ketika berusaha untuk memulihkan pasien yang mempunyai masalah gawat pernapasan atau jantung.
Beberapa pertanyaan yang perawat perlu jawab pada kasus ini mencakup
Sejauh mana kemampuan mental pasien untuk memutuskan tindakan tidak diresusitasi, apa yang diinginkan pasien, apa yang keluarga pikirkan tentang situasi ini, dan apakah dokter telah mendapatkan masukan dari keluarga dan pasien. Beberapa institusi mempunyai peraturan tentang tindakan tidak meresusitasi, dan adalah bijaksana untuk mempertimbangkan hal ini dalam tahap pengumpulan data. Setelah mengumpulkan informasi, maka perawat perlu untuk menggabungkan pilahan informasi yang didapat untuk memperjelas atau mempertajam focus dilemma.
Langkah 2 Merumuskan Dilema
Setelah mengumpulkan dan menganalisa semua informasi yang ada, maka perawat perlu untuk merumuskan dilemma sejelas mungkin. Pada kebanyakan dilemma etik, dilemma dapat diturunkan ke satu atau dua pernyataan yang melibatkan pertanyaan dengan konflik pada hak atau prinsip etik dasar.
Pada kasus resusitasi yang ada tadi, dimana situasi mempertanyakan resusitasi ringan atau tanpa resusitasi, maka pernyataan dilemma dapat menjadi : “menghormati hak pasien untuk meninggal dengan tenang versus kewajiban perawat untuk menyelamatkan kehidupan dan tidak melakukan tindakan yang menyakiti pasien.” Secara umum, prinsip dimana harapan pasien harus diikuti adalah jelas. Apabila pasien menjadi tidak responsive sebelum mengekspresikan keinginan mereka, kemudian juga keinginan keluarga haruslah diberikan pertimbangan yang serius. Pertanyaan tambahan dapat muncul apabila keinginan keluarga berlawanan dengan keinginan pasien.
Langkah 3 Mempertimbangkan Pilihan Tindakan
Setelah merumuskan dilemma sejelas mungkin, buatlah daftar semua kemungkinan tindakan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan etik tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Keperluan mendasar ini haruslah suatu aktivitas tukar pikiran dengan mempertimbangkan semua kemungkinan tindakan yang dapat dilakukan. Konsekuensi dari tindakan yang berbeda dapat dipertimbangkan selanjutnya. Proses perkembangan ide ini dapat memerlukan input/masukan dari sumber luar seperti kolega, supervisor, atau bahkan ahli dari lingkup etik.
Beberapa pilihan yang dapat perawat lakukan dengan pasien yang merupakan calon resusitasi yang dipertanyakan tadi mencakup :
ü Meresusitasi pasien berdasarkan kemampuan utama perawat tanpa mempertimbangkan apa yang diinstruksikan dokter.
ü Tidak meresusitasi pasien sama sekali, dengan tetap melakukan tindakan tanpa berusaha untuk menyelamatkan hidup pasien.
ü Mencari tugas lain sehingga terhindar dari situasi ini.
ü Melaporkan masalah ini ke supervisor/pimpinan
ü Berusaha untuk mengklarifikasi pertanyaan ke pasien.
ü Berusaha untuk mengklarifikasi pertanyaan ke keluarga.
ü Mendebat dokter tentang pertanyaan ini.
Langkah 4 Menganalisis Kekuatan dan Kelemahan dari Tiap Tindakan
Beberapa tindakan yang muncul selama langkah sebelumnya dalam proses lebih realistis dari yang lain. Ini menjadi bukti nyata dalam klangkah ini, ketika kekuatan dan kelemahan dari tiap tindakan dipertimbangkan secara jelas. Seiring dengan tiap pilihan, konsekuensi mengambil tiap tindakan haruslah dievaluasi secara keseluruhan.
Pada dilemma etik di atas, dengan mendiskusikan keputusan dengan dokter yang dapat membuatnya marah dapat memnghilangkan keperacayaan dokter tersebut kepada perawat yang bersangkutan. Pilihan lain yang potensial untuk mempraktikkan keperawatan dalam insititusi tersebut adalah sulit. Perawat yang telah berhasil meresusitasi pasien di luar instruksi akan mendapatkan tindakan disipliner atau bahkan pemecatan. Tidak meressusitasi pasien sama sekali berpotensi untuk menimbulkan masalah hokum karena tidak terdapat instruksi jelas untuk tidak melakukan resusitasi. Menjelaskan situasi yang terjadi ke pimpinan yang mendukung keputusan dokter dapat membuat perawat tersebut dicap sebagai pembuat masalah dan memberikan penilaian negative pada evaluasi diri perawat selanjutnya. Proses yang sama dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dapat dipalikasikan pada tiap-tiap tindakan.
Dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian, maka perawat harus dapat mengurangi pilihan tindakan yang nyata/realistis. Isu relevan lain perlu dicari selama berusaha menimbang pilihan tindakan yang akan diambil. Factor utama dapatlah kode etik yang benar. Kode etik ANA dapat menjadi sumber penting sebagai penuntun untuk menyelesaikan masalah pasien yang berhubungan dengan dilemma etis.
Langkah 5 Membuat Keputusan
Bagian yang paling sulit dari proses ini adalah ketika mengambil keputusan dan kemudian megikuti konsekuensinya. Biasanya dilemma etik menimbulkan perbedaan pendapat. Tidak semua orang senang terhadap keputusan yang diambil. Keputusan yang paling baik yang diharapkan adalah keputusan yang berdasarkan proses penyelesaian etik.
Sebagai usaha untuk memecahkan dilemma etik, akan selalu ada pertanyaan untuk memperbaiki tindakan yang dilakukan. Harapan pasien hampir selalu mendukung keputusan independent dari pelayanan kesehatan professional. Penyelesaian secara kolaboratif antara pasien, dokter, perawat, dan keluarga tentang resusitasi adalah yang ideal dan cenderung untuk menghasilkan komplikasi yang minimal pada penyelesaian jangka panjang dari pertanyaan yang ada.
SIMPULAN
ü Etik terkait dengan yang benar dan salah dari situasi tertentu dan tidak mempunyai mekanisme penegakannya dimana hukum merupakan peraturan yang dibuat manusia untuk mengatur masyarakat dan dapat ditegakkan.
ü Dilemma etik seringkali tidak mempunyai penyelesaian yang jelas atau ideal, dan sering terjadi perbedaan pendapat.
ü Otonomi adalah hak untuk memilih pelayanan kesehatan seseorang dan merupakan prinsip yang paling penting sebagai pertimbangan untuk menyelesaikan dilemma etik.
ü Beneficence, kewajiban untuk melakukan yang baik untuk pasien, dan nonmaleficence, kewajiban untuk tidak menyakiti pasien, keduanya merupakan persyaratan etik minimal untuk perawat.
ü Utilitarianisme adalah suatu system etik yang berdasarkan prinsip “greatest good”. Sebagai suatu system utilitarianisme dapat tidak tepat untuk beberapa keputusan pelayanan kesehatan.
ü Deontologi adalah suatu system etik yang berdasarkan pada prinsip yang tetap/tak berubah. System ini berparalel dengan system legal dan moral dimana seseorang hidup.
ü Proses penyelesaian etik merupakan pendekatan bertahap untuk mengambil keputusan etik, yang terdiri dari :
- Mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi data
- Merumuskan dilemma
- Mempertimbangkan pilihan tindakan
- Menganalisis keuntungan dan kerugian dari tiap pilihan tindakan
- Membuat keputusan untuk tindakan menyelesaikan dilemma
KASUS
Samiun, RN memulai karirnya pada pelayanan home care 7 tahun yang lalu setelah berpengalaman bekerja sebagai asisten kepala perawat pada ruang medical bedah selama 10 tahun pada rumah sakit untuk veteran. Bapak Samiun dikenal sebagai seorang pekerja keras, sangat bertanggung jawab dan seorang perawat yang reliable dengan kemampuan pengkajian dan keterampilan yang sangat baik. Secara umum, ia dapat berkomunikasi dengan pasien dan memberikan perawatan terbaik pada pasien yang dirawatnya. Bapak Samiun mempunyai reputasi yang baik di kalangan perawat yang bekerja di home care sebagai pekerja yang kompeten, tetapi kurang fleksibel terkait dengan protocol, prosedur, dan instruksi. Filosofi hidup membentuk psikologi pak Samiun dan mempengaruhi hidupnya termasuk system nilai dan kepercayaannya.
Minggu ini ada pasien yang baru masuk di home care. Pasien ini berusia 38 tahun, homoseksual, HIV positif, dan berada pada tahap terminal dari AIDS. Pasien ini memutuskan (dibuat bersama orang tua) untuk menghabiskan sisa hidupnya di rumah daripada di ICU.
Setelah mempertimbangkan berbagai macam kualifikasi dan pengalaman perawat yang ada, begitu pula dengan jumlah pasien yang ada, direktur memutuskan Pak Samiun sebagai perawat yang paling layak untuk merawat pasien ini. Direktur mengirimkan formulir rujukan dan status pada meja Pak Samiun dengan catatan agar Pak Samiun bersedia untuk mengunjungi pasien ini sebelum akhir pekan.
Pada hari itu juga ketika pak Samiun kembali dari kunjungan pasien, ia menemukan status dan rujukan di mejanya. Setelah meninjau kiriman tersebut, Pak Samiun melangkah tergesa-gesa ke ruang direktur, melemparkan status dan formulir tersebut ke meja direktur sambil menyatakan dengan lantang dan keras “Saya tidak bisa merawat pasien dengan AIDS. Agama saya mengajarkan bahwa homoseksual adalah dosa terhadap Tuhan dan saya percaya bahwa AIDS adalah hukuman dosa yang telah dilakukan!!”
Apabila Anda adalah direktur tersebut, bagaimanakah Anda mengatasi situasi ini? Gunakan model penyelesaian etik untuk memecahkan masalah ini.
ü Data penting apa saja yang terkait dengan situasi ini?
ü Apakah yang menjadi dilemma etik disini? Buat dalam pernyataan yang jelas dan singkat
ü Pilihan tindakan apa yang dapat Anda lakukan dan kaitannya dengan prinsip etik?
ü Apa yang menjadi konsekuensi tindakan ini?
ü Keputusan apa yang dapat diambil?
Factor lain yang dapat dipertimbangkan:
ü Apakah pernah ada situasi dimana perawat dapat secara etik (dan legal) menolak tugas kerja?
ü Efek keputusan yang dihasilkan terhadap staf lain?
Ketika teori etik diaplikasikan pada pengetahuan yang telah perawat miliki, maka perawat itu membentuk struktur yang penting untuk melatih memecahkan dilemma etik dengan menggunakan teori tersebut. Bergantung kepada teori atau system etik yang digunakan, keputusan yang sama atau berbeda untuk suatu tindakan dapat tercapai. Teori etik tidak dapat memberikan solusi untuk dilemma etik seperti buku resep masakan. Akan tetapi, teori etik dapat memberikan kerangka kerja untuk pengambilan keputusan yang dapt perawatn aplikasikan pada situasi etik tertentu.
Kadang-kadang, teori etik dapat terlihat terlalu abstrak atau terlalu umum untuk dapat digunakan pada situasi etik tertentu. Meskipun begitu, tanpa teori etik pengambilan keputusan etik sering melatih emosi seseorang. Dalam kenyataannya, kebanyakan perawat berusaha untuk membuat keputusan etik dengan mengkombinasikan 2 teori yang dijelaskan disini. Dengan menggunakan teori-teori ini dapat membantu untuk berfokus pada aspek penting dalam proses penyelesaian etik.
PROSES PENYELESAIAN ETIK
Perawat didefinisikan sebagai pemecah masalah (problem solvers). Fokus utama pendidikan keperawatan adalah untuk belajar bagaimana menyelesaikan masalah asuhan keperawatan pasien. Salah satu alat pemecah masalah yang penting adalah proses keperawatan itu sendiri, yang bersifat sistematik, menggunakan pendekatan bertahap untuk menyelesaikan masalah yang timbul saat berhadapan dengan kesehatan dan kesejahteraan pasien.
Di samping kemampuan untuk menghadapi masalah fisik pasien, banyak perawat merasa tidak mampu ketika menghadapi dilemma etik terkait asuhan pasien. Perasaan ini dapat terjadi akibat perawat tidak terbiasa dengan teknik penyelesaian masalah yang sistematik untuk dilemma etik. Akan tetapi, perawat dalam ruang lingkup pelayanan kesehatan dapat mengembangkan keterampilan penyelesaian masalah yang perlu untuk mengambil keputusan etik ketika mereka belajar dan berlatih menggunakan proses penyelesaian etik.
Proses penyelesaian etik dapat memberikab suatu metode bagi perawat untuk menjawab pertanyaan penting tentang dilemma etik dan untuk mengarahkan pikiran mereka untuk berpikir lebih logis dan bersikap benar. Tidak sama dengan metode penyelesaian masalah lainnya, metode penyelesaian masalah yang dijelaskan disini berdasarkan proses keperawatan. Sehingga akan lebih mudah bagi perawat untuk beranjak dari yang menggunakan proses keperawatan untuk menyelesaikan masalah fisik pasien ke proses penyelesaian etik yang digunakan untuk menyelesaikan masalah etik.
Tujuan utama proses penyelesaian etik adalah menentukan yang benar dari yang salah dalam suatu situasi dimana tidak ada atau tidak terlihat batasan yang jelas dalam mengambil keputusan. Proses penyelesaian etik juga mendasari bahwa perawat yang mengambil kepeutusan memahami system etik ada, mengetahui isi dari system etik, dan mengerti system yang diaplikasikan terhadap masalah penyelesaian etik yang sama dengan variable yang lebih dari satu (multipel). Pada hal tertentu, perawat memerlukan perawat untuk menjalankan tugas dengan mengklarifikasi nilai yang dimiliki, apakah tidak dapat dilakukan atau tidak dapat dilakukan pada saat ini. Perawat juga seharusnya mempunyai pemahaman terhadap system etik yang mungkin digunakan dalam menyelesaikan dilemma etik.
Lima tahap proses penyelesaian etik yang dijelaskan di bawah ini dapat digunakan sebagai sarana dalam menyelesaikan dilemma etik :
Langkah 1 Mengumpulkan, Menganalisa, dan Menginterpretasikan Data
Mendapatkan data sebanyak mungkin tentang dilemma etik yang akan diselesaikan. Sayangnya, informasi yang didapatkan terkadang sangat terbatas, sehingga menyulitkan analisis dan interpretasi. Di antara masalah tersebut yang penting untuk diketahui adalah harapan pasien, keluarga dan luasnya masalah fisik dan emosi yang menyebabkan dilemma.
Situasi etik yang biasa perawat hadapi sewaktu-waktu adalah ketika harus atau tidak melakukan resusitasi pada pasien di rumah sakit dengan penyakit terminal. Dokter sering memberikan instruksi bagi staf perawat untuk tidak melakukan resusitasi tetapi melakukan tindakan yang membuat keluarga merasa tenang. Dilemma perawat adalah ketika berusaha untuk memulihkan pasien yang mempunyai masalah gawat pernapasan atau jantung.
Beberapa pertanyaan yang perawat perlu jawab pada kasus ini mencakup
Sejauh mana kemampuan mental pasien untuk memutuskan tindakan tidak diresusitasi, apa yang diinginkan pasien, apa yang keluarga pikirkan tentang situasi ini, dan apakah dokter telah mendapatkan masukan dari keluarga dan pasien. Beberapa institusi mempunyai peraturan tentang tindakan tidak meresusitasi, dan adalah bijaksana untuk mempertimbangkan hal ini dalam tahap pengumpulan data. Setelah mengumpulkan informasi, maka perawat perlu untuk menggabungkan pilahan informasi yang didapat untuk memperjelas atau mempertajam focus dilemma.
Langkah 2 Merumuskan Dilema
Setelah mengumpulkan dan menganalisa semua informasi yang ada, maka perawat perlu untuk merumuskan dilemma sejelas mungkin. Pada kebanyakan dilemma etik, dilemma dapat diturunkan ke satu atau dua pernyataan yang melibatkan pertanyaan dengan konflik pada hak atau prinsip etik dasar.
Pada kasus resusitasi yang ada tadi, dimana situasi mempertanyakan resusitasi ringan atau tanpa resusitasi, maka pernyataan dilemma dapat menjadi : “menghormati hak pasien untuk meninggal dengan tenang versus kewajiban perawat untuk menyelamatkan kehidupan dan tidak melakukan tindakan yang menyakiti pasien.” Secara umum, prinsip dimana harapan pasien harus diikuti adalah jelas. Apabila pasien menjadi tidak responsive sebelum mengekspresikan keinginan mereka, kemudian juga keinginan keluarga haruslah diberikan pertimbangan yang serius. Pertanyaan tambahan dapat muncul apabila keinginan keluarga berlawanan dengan keinginan pasien.
Langkah 3 Mempertimbangkan Pilihan Tindakan
Setelah merumuskan dilemma sejelas mungkin, buatlah daftar semua kemungkinan tindakan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan etik tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Keperluan mendasar ini haruslah suatu aktivitas tukar pikiran dengan mempertimbangkan semua kemungkinan tindakan yang dapat dilakukan. Konsekuensi dari tindakan yang berbeda dapat dipertimbangkan selanjutnya. Proses perkembangan ide ini dapat memerlukan input/masukan dari sumber luar seperti kolega, supervisor, atau bahkan ahli dari lingkup etik.
Beberapa pilihan yang dapat perawat lakukan dengan pasien yang merupakan calon resusitasi yang dipertanyakan tadi mencakup :
ü Meresusitasi pasien berdasarkan kemampuan utama perawat tanpa mempertimbangkan apa yang diinstruksikan dokter.
ü Tidak meresusitasi pasien sama sekali, dengan tetap melakukan tindakan tanpa berusaha untuk menyelamatkan hidup pasien.
ü Mencari tugas lain sehingga terhindar dari situasi ini.
ü Melaporkan masalah ini ke supervisor/pimpinan
ü Berusaha untuk mengklarifikasi pertanyaan ke pasien.
ü Berusaha untuk mengklarifikasi pertanyaan ke keluarga.
ü Mendebat dokter tentang pertanyaan ini.
Langkah 4 Menganalisis Kekuatan dan Kelemahan dari Tiap Tindakan
Beberapa tindakan yang muncul selama langkah sebelumnya dalam proses lebih realistis dari yang lain. Ini menjadi bukti nyata dalam klangkah ini, ketika kekuatan dan kelemahan dari tiap tindakan dipertimbangkan secara jelas. Seiring dengan tiap pilihan, konsekuensi mengambil tiap tindakan haruslah dievaluasi secara keseluruhan.
Pada dilemma etik di atas, dengan mendiskusikan keputusan dengan dokter yang dapat membuatnya marah dapat memnghilangkan keperacayaan dokter tersebut kepada perawat yang bersangkutan. Pilihan lain yang potensial untuk mempraktikkan keperawatan dalam insititusi tersebut adalah sulit. Perawat yang telah berhasil meresusitasi pasien di luar instruksi akan mendapatkan tindakan disipliner atau bahkan pemecatan. Tidak meressusitasi pasien sama sekali berpotensi untuk menimbulkan masalah hokum karena tidak terdapat instruksi jelas untuk tidak melakukan resusitasi. Menjelaskan situasi yang terjadi ke pimpinan yang mendukung keputusan dokter dapat membuat perawat tersebut dicap sebagai pembuat masalah dan memberikan penilaian negative pada evaluasi diri perawat selanjutnya. Proses yang sama dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dapat dipalikasikan pada tiap-tiap tindakan.
Dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian, maka perawat harus dapat mengurangi pilihan tindakan yang nyata/realistis. Isu relevan lain perlu dicari selama berusaha menimbang pilihan tindakan yang akan diambil. Factor utama dapatlah kode etik yang benar. Kode etik ANA dapat menjadi sumber penting sebagai penuntun untuk menyelesaikan masalah pasien yang berhubungan dengan dilemma etis.
Langkah 5 Membuat Keputusan
Bagian yang paling sulit dari proses ini adalah ketika mengambil keputusan dan kemudian megikuti konsekuensinya. Biasanya dilemma etik menimbulkan perbedaan pendapat. Tidak semua orang senang terhadap keputusan yang diambil. Keputusan yang paling baik yang diharapkan adalah keputusan yang berdasarkan proses penyelesaian etik.
Sebagai usaha untuk memecahkan dilemma etik, akan selalu ada pertanyaan untuk memperbaiki tindakan yang dilakukan. Harapan pasien hampir selalu mendukung keputusan independent dari pelayanan kesehatan professional. Penyelesaian secara kolaboratif antara pasien, dokter, perawat, dan keluarga tentang resusitasi adalah yang ideal dan cenderung untuk menghasilkan komplikasi yang minimal pada penyelesaian jangka panjang dari pertanyaan yang ada.
SIMPULAN
ü Etik terkait dengan yang benar dan salah dari situasi tertentu dan tidak mempunyai mekanisme penegakannya dimana hukum merupakan peraturan yang dibuat manusia untuk mengatur masyarakat dan dapat ditegakkan.
ü Dilemma etik seringkali tidak mempunyai penyelesaian yang jelas atau ideal, dan sering terjadi perbedaan pendapat.
ü Otonomi adalah hak untuk memilih pelayanan kesehatan seseorang dan merupakan prinsip yang paling penting sebagai pertimbangan untuk menyelesaikan dilemma etik.
ü Beneficence, kewajiban untuk melakukan yang baik untuk pasien, dan nonmaleficence, kewajiban untuk tidak menyakiti pasien, keduanya merupakan persyaratan etik minimal untuk perawat.
ü Utilitarianisme adalah suatu system etik yang berdasarkan prinsip “greatest good”. Sebagai suatu system utilitarianisme dapat tidak tepat untuk beberapa keputusan pelayanan kesehatan.
ü Deontologi adalah suatu system etik yang berdasarkan pada prinsip yang tetap/tak berubah. System ini berparalel dengan system legal dan moral dimana seseorang hidup.
ü Proses penyelesaian etik merupakan pendekatan bertahap untuk mengambil keputusan etik, yang terdiri dari :
- Mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasi data
- Merumuskan dilemma
- Mempertimbangkan pilihan tindakan
- Menganalisis keuntungan dan kerugian dari tiap pilihan tindakan
- Membuat keputusan untuk tindakan menyelesaikan dilemma
KASUS
Samiun, RN memulai karirnya pada pelayanan home care 7 tahun yang lalu setelah berpengalaman bekerja sebagai asisten kepala perawat pada ruang medical bedah selama 10 tahun pada rumah sakit untuk veteran. Bapak Samiun dikenal sebagai seorang pekerja keras, sangat bertanggung jawab dan seorang perawat yang reliable dengan kemampuan pengkajian dan keterampilan yang sangat baik. Secara umum, ia dapat berkomunikasi dengan pasien dan memberikan perawatan terbaik pada pasien yang dirawatnya. Bapak Samiun mempunyai reputasi yang baik di kalangan perawat yang bekerja di home care sebagai pekerja yang kompeten, tetapi kurang fleksibel terkait dengan protocol, prosedur, dan instruksi. Filosofi hidup membentuk psikologi pak Samiun dan mempengaruhi hidupnya termasuk system nilai dan kepercayaannya.
Minggu ini ada pasien yang baru masuk di home care. Pasien ini berusia 38 tahun, homoseksual, HIV positif, dan berada pada tahap terminal dari AIDS. Pasien ini memutuskan (dibuat bersama orang tua) untuk menghabiskan sisa hidupnya di rumah daripada di ICU.
Setelah mempertimbangkan berbagai macam kualifikasi dan pengalaman perawat yang ada, begitu pula dengan jumlah pasien yang ada, direktur memutuskan Pak Samiun sebagai perawat yang paling layak untuk merawat pasien ini. Direktur mengirimkan formulir rujukan dan status pada meja Pak Samiun dengan catatan agar Pak Samiun bersedia untuk mengunjungi pasien ini sebelum akhir pekan.
Pada hari itu juga ketika pak Samiun kembali dari kunjungan pasien, ia menemukan status dan rujukan di mejanya. Setelah meninjau kiriman tersebut, Pak Samiun melangkah tergesa-gesa ke ruang direktur, melemparkan status dan formulir tersebut ke meja direktur sambil menyatakan dengan lantang dan keras “Saya tidak bisa merawat pasien dengan AIDS. Agama saya mengajarkan bahwa homoseksual adalah dosa terhadap Tuhan dan saya percaya bahwa AIDS adalah hukuman dosa yang telah dilakukan!!”
Apabila Anda adalah direktur tersebut, bagaimanakah Anda mengatasi situasi ini? Gunakan model penyelesaian etik untuk memecahkan masalah ini.
ü Data penting apa saja yang terkait dengan situasi ini?
ü Apakah yang menjadi dilemma etik disini? Buat dalam pernyataan yang jelas dan singkat
ü Pilihan tindakan apa yang dapat Anda lakukan dan kaitannya dengan prinsip etik?
ü Apa yang menjadi konsekuensi tindakan ini?
ü Keputusan apa yang dapat diambil?
Factor lain yang dapat dipertimbangkan:
ü Apakah pernah ada situasi dimana perawat dapat secara etik (dan legal) menolak tugas kerja?
ü Efek keputusan yang dihasilkan terhadap staf lain?
Nilai dan professionalime
Pengertian Nilai
Secara Umum nilai adalah sesuatu yang berharga yang dipegang sedemikian rupa oleh seseorang sesuai dengan tuntutan hati nurani.
Menurut para ahli
1) Simon,1973.nilai adalah seperangkat keyakinan an sikap pribadi seseorang tentang kebenaran, keindahan dan penghargaan dari suatu pemikiran, obyek atau perilaku yang berorientasi pada tindakan dan pemberian rah serta makna kehidupan seseorang.
2) Znowsky,1974. Nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang berharga, kebenaran, keinginan mengenai ide, obyek atau perilaku khusus
3) Kluckhohn 1951, Maslow 1959, Rokeach 1973..Nilai adalah keyakinan personal mengenai harga atau ide, tingkah laku, kebiasaan atau obyek yang menyusun suatu standar yang mempengaruhi tingkah laku.
Klasifikasi Nilai
Klasifikasi Nilai adalah suatu proses dimana seseorang dapat menggunakannya untuk mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri. Yang meliputi:
a. Hak : Tuntutan seseorang terhadap sesuatu yang merupakan kebutuhan pribadinya sesuai keadilan, mortalitas, dan legalitas.
b. Kewajiban : Seperangkat tanggung jawab untuk melakukan sesuatu yang memang harus dilakukan agar dapat dipertanggung jawabkan sesuai haknya
c. Legislasi : Ketetapan atau ketentuan hukum yang mengatur hak dan kewajiban seseorang yang berhubungan erat dengan tindakan
Ciri – Ciri Nilai
Membentuk perilaku dasar seseorang
Diperlihatkan melalui pola perilaku yang konsisten
Menjadi control internal bagi perilaku seseorang
Komponen intelektual dan emosional seseorang secara intelektual diyakinkan tentang sesuatu, memegang teguh dan mempertahankannya
Pembentukan Nilai
Nilai dapat dipelajari melalui observasi pertimbangan dan pengalaman (Hamilton,1992). Orang membentuk nilai dengan melakukan interaksi dengan orang lain. Sering kali menstransmisikan nilai pada orang lain secara tidak sadar dan sadar dalam bentuk kehidupan sehari-hari, bisa melalui:
Bentuk Transmisi Nilai
1) Modeling
Seseorang bertindak untuk menunjukkan cara yang lebih disukai oleh orang lain dalam bertingkah laku
2) Moralisasi
Orang tua dan guru memegang standard apa yang benar dan yang salah serta secara keras membatasi anak untuk mengikuti perangkat nilai mereka
3) Laissez-Faire
Kadang seseorang memperoleh nilai dengan bertingkah laku secara bebas tanpa batas atau peraturan .Tidak ada suatu sistem nilai yang cocok untuk semua orang dan anak membentuk nilai tanpa panduan yang kaku dari orang tua
4) Pilihan Bertanggung Jawab
Keseimbangan antara kebebasan dan pembatasan memungkinkan anak-anak untuk memilih nilai yang mengarah pada kepuasan pribadi dan dukungan orang tua. Pilihan nilai pada anak-anak lebih terbatas dibandingkan dengan pendekatan Laissez faire
5) Penguatan Dan Hukuman
Pemberian penguatan dan hadiah untuk suatu sikap dari nilai tertentu akan membantu mengendalikan tingkah laku. Ketika seorang anak gagal untuk melakukan tingkah laku tertentu, orang tua memberikan hukuman.
Pengaruh sosiokultural
Nilai terbentuk dalam lingkungan sosial dimana latar belakang pendidikan, socioeconomic, spiritual, dan budaya orang bervariasi. orang mengambil nilai yang dominan di mana mereka hidup. karena orang belajar untuk menilai apa yang umum, kebiasaan, tingkah laku, ritual, dan sikap orang lain yang tidak umum sering kali dianggap bodoh, tidak efektif atau bahkan berbahaya. Hal ini juga berlaku dalam praktik keperawatan.
Tujuh Nilai Esensial Dalam Kehidupan Profesional
Pada tahun 1985, “ The American Association Colleges Of Nursing “ melaksanakan suatu proyek termasuk didalamnya mengidentifikasi nilai-nilai esensial dalam praktek keperawatan professional. Perkumpulan ini mengidentifikasikan 7 nilai - nilai esensial dalam kehidupan professional, yaitu:
1. Aesthetics (keindahan) : Kualitas obyek suatu peristiwa atau kejadian, seseorang memberikan kepuasan termasuk penghargaan, kreativitas, imajinasi, sensitivitas dan kepedulian.
2. Altruism (mengutamakan orang lain) : Kesediaan memperhatikan kesejahteraan orang lain termasuk keperawatan atau kebidanan, komitmen, arahan kedermawanan atau kemurahan hati serta ketekunan.
3. Equality (kesetaraan) : Memiliki hak atau status yang sama termasuk penerimaan dengan sikap assertive, harga diri dan toleransi.
4. Freedom (Kebebasan) : Memiliki kapasitas untuk memilih kegiatan termasuk percaya diri, harapan, disiplin serta dalam penghargaan diri sendiri.
5. Human Dignity (Martabat Manusia) : Berhubungan dengan penghargaan yang lekat terhadap martabat manusia sebagai individu termasuk didalamnya kemanusiaan, kebaikan, pertimbangan dan penghargaan penuh terhadap kepercayaan.
6. Justice (Keadilan) : Menjujung tinggi moral dan prinsip-prinsip legal termasuk obyektifitas, moralitas, intregitas, doronagn dan keadilan serta kewajaran.
7. Truth (Kebenaran): Menerima kenyataan dan realitas, termasuk akontabilitas, kejujuran, keunikan dan reflektifitas yang sama.
Klarifikasi Nilai-Nilai
Klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana seseorang dapat mengerti sistem nilai-nilai yang melekat pada dirinya sendiri. Hal ini merupakan proses yang memungkinkan seseorang menemukan sistem perilakunya sendiri melalui perasaan dan analisis yang dipilihnya dan muncul alternatif-alternatif, apakah pilihan–pilihan ini yang sudah dianalisis secara rasional atau merupakan hasil dari suatu kondisi sebelumnya. Klarifikasi nilai-nilai mempunyai manfaat yang sangat besar di dalam aplikasi keperawatan. Ada tiga fase dalam klarifikasi nilai-nilai individu yang perlu dipahami oleh perawat.
a. Pilihan:
(1) Kebebasan memilih kepercayaan serta menghargai keunikan bagi setiap individu;
(2) Perbedaan dalam kenyataan hidup selalu ada perbedaan-perbedaan, asuhan yang diberikan bukan hanya karena martabat seseorang tetapi hendaknya perlakuan yang diberikan mempertimbangkan sebagaimana kita ingin diperlakukan.
(3) Keyakinan bahwa penghormatan terhadap martabat seseorang akan merupakan konsekuensi terbaik bagi semua masyarakat.
b.Penghargaan:
(1) Merasa bangga dan bahagia dengan pilihannya sendiri (anda akan merasa senang bila mengetahui bahwa asuhan yang anda berikan dihargai pasien atau klien serta sejawat) atau supervisor memberikan pujian atas keterampilan hubungan interpersonal yang dilakukan;
(2) Dapat mempertahankan nilai-nilai tersebut bila ada seseorang yang tidak bersedia memperhatikan martabat manusia sebagaimana mestinya.
c.Tindakan:
(1) Gabungkan nilai-nilai tersebut kedalam kehidupan atau pekerjaan sehari-hari;
(2) Upayakan selalu konsisten untuk menghargai martabat manusia dalam kehidupan pribadi dan profesional, sehingga timbul rasa sensitif atas tindakan yang dilakukan.
Semakin disadari nilai-nilai profesional maka semakin timbul nilai-nilai moral yang dilakukan serta selalu konsisten untuk mempertahankannya. Bila dibicarakan dengan sejawat atau pasien dan ternyata tidak sejalan, maka seseorang merasa terjadi sesuatu yang kontradiktif dengan prinsip-prinsip yang dianutnya yaitu; penghargaan terhadap martabat manusia yang tidak terakomodasi dan sangat mungkin kita tidak lagi merasa nyaman. Oleh karena itu, klarifikasi nilai-nilai merupakan suatu proses dimana kita perlu meningkatkan serta konsisten bahwa keputusan yang diambil secara khusus dalam kehidupan ini untuk menghormati martabat manusia. Hal ini merupakan nilai-nilai positif yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari dan dalam masyarakat luas.